Selasa 17 Nov 2020 16:11 WIB

Dampak Pascagempa M6,3 Kepulauan Mentawai, Dipantau

Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan gempa tidak berpotensi tsunam

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)menujukkan titik gempa yang melanda kepulaan Mentawai, Sumatra Barat saat Konfrensi pers di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (3/3).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)menujukkan titik gempa yang melanda kepulaan Mentawai, Sumatra Barat saat Konfrensi pers di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (3/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat masih memantau dampak gempa M 6,3 yang terjadi di sekitar Kepulauan Mentawai. Gempa tersebut terjadi pada hari ini, Selasa (17/11) sekitar pukul 08.44 WIB. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai Novriadi menyebutkan guncangan dirasakan kuat masyarakat di Kepulauan Mentawai. Kuatnya guncangan membuat warga panik dan keluar rumah. 

“Guncangan gempa dirasakan kuat. Warga Betaet merasakan guncangan kuat dan masyarakat spontan evakuasi ke bukit,” ujar Novriadi melalui pesan video seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (17/11).

 

Dikatakan Novriadi, masyarakat di Peipei, Tuapejat, Beriulo, dan Sikakap merasakan guncangan kuat, hingga membuat mereka keluar rumah. Sedangkan di Labuan Bajau dan Saumanganya, warga merasakan gempa namun tidak terasa kuat. 

Pascakejadian, BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai masih mengumpulkan informasi kemungkinan dampak gempa dari para camat. Pusdalops BPBD Kota Padang juga masih mengumpulkan informasi dampak gempa. Dilaporkan dari BPBD Kota Padang, kondisi jaringan listrik normal meskipun gempa kuat terjadi. Warga Kota Padang merasakan guncangan kuat sekitar 3 – 4 detik. 

Sementara itu, Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. BMKG mengidentifikasi, parameter gempa berlokasi di laut pada jarak 112 kilometer (km) arah Barat Daya Kota Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dengan kedalaman 13 km.

Di samping itu, melihat dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas penyesaran di Investigator Fracture Zone (IFZ) dekat dengan batas tumbukan lempeng. 

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar atau strike slip fault,” ujar Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangan pers pada hari ini (17/11).

Selanjutnya, BMKG mencatat guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Kota Padang, Painan, Sipora III-IV MMI, Solok, Padang Panjang, Bukittinggi, Pariaman, Kepahiang II-III MMI, dan Pasaman, Kerinci, Payakumbuh, Solok Selatan I-II MMI.

Hingga Selasa (17/11), pukul 08.50 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock. BNPB terus memonitor dan melakukan koordinasi dengan BPBD untuk mengetahui kondisi terkini pascagempa. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement