Selasa 17 Nov 2020 09:23 WIB

Covid-19 Bisa Besar Pengaruhnya pada Kesehatan Janin

Paparan virus dan tekanan lingkungan terhadap ibu hamil dapat pengaruhi janin.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Ibu hamil. Akhir tahun ini, sekitar 300 ribu bayi diperkirakan lahir dari ibu yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona tipe baru yang menyebabkan Covid-19.
Foto: pixabay
Ilustrasi Ibu hamil. Akhir tahun ini, sekitar 300 ribu bayi diperkirakan lahir dari ibu yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona tipe baru yang menyebabkan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Para ilmuwan telah mengeklaim bahwa pada akhir tahun ini akan ada sekitar 300 ribu bayi lahir dari ibu yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona tipe baru yang menyebabkan Covid-19. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Developmental Origins of Health and Diseases mengungkapkan bahwa paparan Covid-19 dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan dan penuaan individu, bahkan bagi orang yang belum lahir.

"Jutaan lagi akan lahir dalam keluarga yang telah mengalami stres dan pergolakan luar biasa akibat pandemi, bahkan jika mereka sendiri belum terinfeksi," ujar penulis studi dari University of Southern California (USC) di AS.

Baca Juga

Meski efek jangka panjang Covid-19 pada bayi belum terlihat, para peneliti dapat menemukan cerminannya dari beberapa kasus di masa lalu. Salah satunya pandemi flu pada 1918 dan wabah yang juga diakibatkan virus corona jenis baru, seperti SARS (sindrom pernapasan akut) pada 2002 dan MERS pada 2012.

Salah satu penulis studi, Caleb Finch dari USC, mengatakan bahwa ada kemungkinan pandemi Covid-19 juga akan berdampak jangka panjang pada kelompok individu yang masih berada di dalam kandungan selama pandemi dari paparan virus atau tekanan lingkungan terhadap ibu yang hamil. Infeksi virus dapat memengaruhi janin melalui beberapa jalur dan tranmisi melalui plasenta, hingga respons inflamasi yang menganggu metabolisme dalam rahim, yang secara negatif mempengaruhi pertumbuhan.

Penularan Covid-19 secara langsung dari ibu ke janin, maupun kondisi cacat lahir yang parah cukup jarang terjadi selama pandemi. Namun, ada peningkatan dalam kasus kelahiran prematur dan berat badan rendah selama wabah SARS pada 2002 dan flu babi (H1N1) pada 2009.

Sementara penelitian tentang Covid-19 terkait kehamilan masih dalam tahap awal, telah ada beberapa hasil yang mengkhawatirkan. Peningkatan angka kelahiran prematur mungkin terkait dengan infeksi SARS-CoV-2, di mana  penelitian lain menunjukkan bahwa penyakit parah berkorelasi dengan risiko lebih tinggi, yaitu bayi lahir dalam kondisi meninggal.

Bahaya potensial lainnya adalah peningkatan risiko penggumpalan darah yang disebabkan oleh kehamilan dan gejala Covid-19 yang parah. Meski demikian, hal ini perlu diteliti lebih lanjut.

“Kami menyarankan bahwa untuk menangkap konsekuensi virus dalam rahim untuk perkembangan masa kanak-kanak dan kesehatan orang dewasa, penelitian tentang kelahiran terkait Covid-19 mempertimbangkan pengumpulan data langsung dari ibu, janin, neonatus, dan plasenta,” jelas tim studi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement