Sabtu 14 Nov 2020 04:30 WIB

Bagaimana Cerpelai Bisa Menjadi Inang Mutasi Virus Corona?

Enam negara telah melaporkan wabah virus corona di peternakan cerpelai

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Cerpelai
Foto: istimewa/wikipedia
Cerpelai

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Mutasi virus corona yang berasal dari cerpelai menjadi keresahan baru. Perkembangan ini bisa menjadi masalah baru ketika vaksin sedang dikembangkan dan memunculkan harapan untuk mengakhiri pandemi.

Selama perkembangan awal penyebaran virus corona, hewan telah diketahui dapat terserang virus corona baru (SARS-CoV-2) dari manusia. Kondisi ini telah ditemukan pada hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, hingga harimau serta singa di kebun binatang beberapa negara. Namun, penularan dari hewan ke manusia ketika itu belum terbukti.

Baca Juga

Dalam kasus cerpelai ternyata ada dugaan virus bisa menulari manusia. Alur penularannya berasal dari manusia yang terinfeksi penyakit dari virus corona atau Covid-19, kemudian cerpelai terinfeksi, dan ada dugaan mereka bisa menularkan ke manusia kembali.

Masalah muncul ketika cerpelai ini berada di tempat budidaya yang sangat berdesakan. Cerpelai yang diternakkan untuk diambil kulitnya sebagai bahan pakaian ini menjadi kekhawatiran baru dalam menyebarkan virus corona.

Laporan BBC menyatakan enam negara telah melaporkan wabah virus corona di peternakan cerpelai. Negara-negara itu termasuk Belanda, Denmark, Spanyol, Swedia, Italia, dan Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Aljazirah, Departemen Pertanian AS percaya cerpelai di peternakan Utah dan Wisconsin tertular virus corona dari pekerja peternakan yang telah terpapar. Sedangkan di Michigan, masih belum diketahui alasan cerpelai bisa mengidap Covid-19. Sejauh ini, sekitar 15 ribu cerpelai telah meninggal karena Covid-19 hanya di AS.

Setelah terinfeksi, cerpelai memiliki gejala yang mirip dengan manusia dalam hal saluran pernapasan dan gastrointestinal. Virus corona juga sama menularnya untuk cerpelai.

Denmark hanya memiliki tiga peternakan cerpelai yang terinfeksi pada Juni. Namun pada November, virus ini telah menyebar ke lebih dari 200 peternakan dan mendorong seruan agar semua cerpelai yang dibudidayakan untuk dibunuh.

Denmark melaporkan 214 kasus Covid-19 terkait cerpelai awal bulan ini. Termasuk laporan 12 orang di lima peternakan cerpelai yang telah terinfeksi oleh jenis virus yang bermutasi.

Ahli kedokteran hewan di Universitas Wageningen, Prof Wim van der Poel, mengatakan analisis data genetik dari Belanda mengungkapkan satu kasus mutasi sebelumnya di sebuah peternakan cerpelai pada awal Mei. Ilmuwan Denmark khawatir perubahan genetik dalam bentuk virus yang berhubungan dengan cerpelai yang menginfeksi belasan orang berpotensi membuat vaksin di masa depan menjadi kurang efektif.

Perubahan genetik ada pada protein virus, yang penting dalam respons kekebalan tubuh, dan target utama vaksin. Sekuens genom Denmark baru-baru ini dirilis di database publik yang memungkinkan para ilmuwan di negara lain untuk mencari bukti mutasi.

Dokter hewan negara bagian Utah, AS, Dean Taylor, menjelaskan meski ada laporan penyebaran dari hewan ke manusia sembilan peternakan dengan cerpelai yang terinfeksi semuanya masih perjalanan satu arah dari orang ke cerpelai.

"Saat ini, tidak ada bukti bahwa hewan memainkan peran penting dalam penyebaran SARS-CoV-2 ke manusia," ujar laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Pernyataan itu mengutip hasil dari peternakan cerpelai di Belanda yang menyarankan ada kemungkinan penyebaran SARS-CoV-2 dari cerpelai ke manusia.

Sejauh ini, AS sedang membuat peternakan dengan hewan yang terinfeksi karantina. Sementara negara lain, seperti Denmark dan Belanda mewajibkan cerpelai itu dimusnahkan sebagai bentuk kewaspadaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement