Jumat 13 Nov 2020 20:49 WIB

Misteri Sejarah Pemakaman Non-Muslim di Jeddah

Sejarah pemakaman non-Muslim di Jeddah masih menjadi misteri.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Misteri Sejarah Pemakaman Non-Muslim di Jeddah
Foto: Arab News
Misteri Sejarah Pemakaman Non-Muslim di Jeddah

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Pemakaman non-Muslim di Jeddah dihancurkan oleh ledakan pada Rabu (11/11) lalu. Pemakaman itu diserang untuk pertama kali dalam sejarahnya. Kuburan ini terletak dekat dengan salah satu jalan tersibuk di Jeddah, tepat di sebelah selatan pusat kota.

Namun kebanyakan orang yang lewat tidak menyadari bahwa di balik tembok tinggi itu terdapat tempat peristirahatan terakhir dari banyak orang Kristen dan penganut agama lain. Ada sekitar 300 kuburan bertanda di pemakaman itu, tetapi beberapa sejarawan percaya ribuan orang telah dikuburkan di sana selama bertahun-tahun.

Baca Juga

Rahasia dan rumor telah beredar selama bertahun-tahun tentang pemakaman dan asal-usulnya, tetapi tidak ada yang benar-benar tahu pasti kapan penguburan dimulai di sana. Di beberapa titik lokasi itu dikenal secara lokal sebagai "Khawajat", istilah Arab untuk orang asing.

Beberapa peneliti dan sejarawan menilai pemakaman itu berasal dari sekitar 200 tahun yang lalu. Jeddah berada di bawah kekuasaan Ottoman pada saat itu dan banyak pedagang asing melewati kota tersebut, yang merupakan pusat perdagangan yang berkembang pesat dan pintu gerbang ke Jazirah Arab.

Sedangkan yang lain percaya awal mula pemakaman itu lebih jauh ke belakang, yaitu pada abad ke-16, dan khususnya pertempuran untuk menguasai kota Jeddah pada 1517 antara Kekaisaran Portugis, yang dipimpin oleh Lopo Soares de Albergaria, dan gubernur kota Mamluk, Amir Husain Al-Kurdi.

Beberapa sejarawan percaya bahwa Portugis mengepung kota Jeddah selama tiga bulan, sementara yang lain mengatakan pengepungan berlanjut hingga 13 bulan. Ada korban berjatuhan dan diperkirakan tentara Portugis yang gugur dikuburkan di luar batas kota. Penduduk daerah itu kemudian mengambil jasad mereka lalu menjadikan sebuah area sebagai kuburan bagi non-Muslim.

Selama berabad-abad Jeddah menyambut pengunjung dari berbagai negara dan agama. Beberapa di antaranya baru saja lewat. Sementara yang lain memutuskan untuk menetap di kota. Secara historis, akan sulit dan mahal untuk mengangkut jenazah orang asing yang meninggal di sana kembali ke negara asalnya, sehingga bagi banyak orang tempat itu menjadi tempat peristirahatan terakhir mereka.

Selama bertahun-tahun, konsulat negara-negara seperti Inggris, AS, Prancis, Jerman, dan Ethiopia telah memelihara pemakaman dan kuburannya, dan menyediakan dana untuk membayar penjaga tanah. Selama lebih dari 18 tahun itulah, Younis, seorang Muslim Afrika yang, antara lain, membersihkan kuburan, menghilangkan tampilan bunga yang membusuk, dan memangkas pohon yang memberi keteduhan bagi pengunjung.

"Banyak yang menganggap kuburan sebagai tempat yang aneh karena alasan yang hanya mereka ketahui," katanya.

Dia mengatakan, ada orang yang dimakamkan di sini yang berusia 50 hingga 60 tahun dan lebih. "Banyak orang melewati dan memberi penghormatan kepada yang dikuburkan, dan berdoa sesuai dengan budaya dan tradisi mereka. Beberapa menyalakan lilin, sementara yang lain menutupi kuburan dengan nasi, tetapi ini adalah tempat bagi non-Muslim di sini untuk memberi penghormatan," ujarnya.

Seorang pejabat di konsulat Ethiopia mengatakan kepada MBC bahwa biayanya sekitar 600 dolar AS untuk menguburkan orang dewasa di pemakaman. Sejarawan mengatakan itu berisi kuburan tentara Perang Dunia Kedua di kuburan, bersama dengan kapten, konsul jenderal dan anak-anak. Ada orang dari banyak agama, termasuk Hindu, Budha dan Kristen.

Lalu, terjadi serangan pada Rabu lalu, yang digambarkan sebagai "pengecut dan gagal," dianggap sebagai serangan pertama yang menargetkan pemakaman itu. Penduduk yang tinggal di dekatnya tahu itu adalah situs suci dan menghormati kesuciannya dan orang mati dikuburkan di sana, seolah-olah milik mereka sendiri.

"Pemakaman itu pernah terletak di luar kota Jeddah, urbanisasi tidak sampai ke sana sampai beberapa dekade lalu," kata Ameen Al-Sabein, 80 tahun, yang tinggal di distrik Ash Shati. "Mereka yang mengetahui sejarah Jeddah tahu bahwa pemakaman itu awalnya terletak di luar tembok."

Dia menambahkan bahwa kuburan tersebut juga dikenal sebagai "Pemakaman Kristen" dan hingga saat ini tidak terganggu dan dihormati. "Ada pagar yang mengelilinginya dan tidak seorang pun dari luar negara yang menjalankannya diizinkan masuk," katanya seraya menambahkan bahwa urbanisasi meluas ke sana dan menempatkannya di jantung kota Jeddah tetapi selalu ditinggalkan begitu saja.

Investigasi sedang dilakukan terhadap serangan itu, yang terjadi ketika penduduk dan pejabat asing, termasuk Konsul Jenderal Prancis, mengadakan upacara Hari Peringatan untuk menandai peringatan 102 tahun berakhirnya Perang Dunia Pertama. Seorang pegawai konsulat Yunani dan seorang penjaga keamanan Saudi terluka dalam ledakan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement