Jumat 13 Nov 2020 17:02 WIB

Apa yang Membuat Paper Menjadi Menarik?

Paper yang baik harus memiliki kebaruan, kehati-hatian dan relevansi.

Dr Dwiza Riana, Ketua STMIK Nusa Mandiri.
Foto: Dok STMIK Nusa Mandiri
Dr Dwiza Riana, Ketua STMIK Nusa Mandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (Aptikom) menggelar  Klinik Penelitian dan Publikasi Bereputasi dengan mengusung tema ‘Strategi Penelitian dan Publikasi Ilmiah Dalam Implementasi Kampus Merdeka’. Klinik tersebut diadakan pada Sabtu (7/11)  yang merupakan penutup rangkaian Rakornas Aptikom. Rakornas yang digelar secara virtual itu diselenggarakan  pada 2-7 November 2020.  Acara itu dibantu co-host utama yakni kampus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Nusa Mandiri

Klinik ini dipandu oleh Dr. Dwiza Riana selaku ketua STMIK Nusa Mandiri. Adapun narasumbernya adalah  Prof  Dr  Eri Prasetyo Wibowo dan Prof  Dr  Achmad Nizar Hidayanto.

Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Prof  Dr  Achmad Nizar Hidayanto sebagai narasumber kedua menyampaikan tentang bagaimana meningkatkan kualitas paper untuk publikasi internasional.

Prof  Nizar menegaskan bahwa ada tiga  kriteria penelitian yang baik, antara lain Novelty, Rigar dan Relevance. “Penelitian harus memiliki novelty atau kebaruan, baik secara metodologi maupun hasil sehingga memberikan pengetahuan yang baru. Penelitian juga harus tetap penuh kehati-hatian atau rigar dalam metodologi, baik dalam perencanaan maupun dalam pengumpulan, analisis dan pelaporan data,” jelasnya, Sabtu (7/11).

Ia menambahkan, sebuah penelitian selanjutnya juga harus mampu memiliki kontribusi yang signifikan pada teori dan praktis atau relevance.

“Beberapa kesalahan yang sering kali dilakukan peneliti misalnya hanya karena tidak ada atau masih jarang penelitian tersebut pada bidang tertentu, bukan berarti topik tersebut menjadi penting dilakukan sebagai sebuah penelitian,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Contoh kedua kesalahan yang sering dilakukan yakni meskipun teori pada penelitian tersebut memiliki nilai yang sangat tingi, ketertarikan untuk menggunakan teori tersebut semakin menurun karena sudah terlalu banyak yang menggunakannya.

“Pentingnya keterampilan menulis paper ini harus ditanam sejak awal oleh setiap dosen atau peneliti karena publikasi paper merupakan hal yang penting bagi peneliti. Publikasi paper bukanlah hal yang mudah.Tingkat penerimaan paper yang rendah, bersaing dengan paper bagus lainnya dan para reviewer mungkin merupakan pesaing potensial,”  ujarnya.

Prof. Nizar membagikan beberapa jawaban ‘apa yang membuat sebuah paper penelitian menjadi menarik?’.

“Ada beberapa jawaban tentang itu, yaitu paper bagus yakni berisi dari konten yang bagus dan keterampilan menulis yang memadai;  konten & hasil memiliki novelty, rigar & relevance;  mengasah keterampilan menulis dengan memahami struktur, alur, argumen, logis, jelas, ringkas, konsisten;  dan menguasai bahasa Inggris,” bebernya.

Ia melanjutkan,  paper harus memiliki standar yang tinggi. Juga, berisi upaya terbaik dari peneliti dan jika dibandingkan dengan yang lain, milik  sendiri lebih baik. Itulah jawaban dari pertanyaan bagaimana  membuat paper menjadi menarik.

 “Setelah mengetahui jawaban tersebut, selanjutnya kita sebagai peneliti perlu meningkatkan kualitas paper dan kualitas paper kita merupakan sebuah perspektif dari pembaca atau reviewer. Hal yang mendasar yakni kita harus tahu kontribusi dari penilitian kita. Kemudian definisikan istilah dengan jelas, tuliskan motivasi dan alasan dibalik sebuah permasalahan penelitian, tuliskan konteks penelitian dan buat pertanyaan potensial yang mungkin menjadi concern pembaca dan coba cari jawabannya,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement