Kamis 12 Nov 2020 19:04 WIB

LRT Jabodebek Uji Coba Persinyalan

Uji coba kali ini untuk mengusi sistem otomasi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah pekerja menaiki LRT saat pelaksanakan uji coba lintasan LRT Jabodebek. LRT Jabodebek kembali diuji coba untuk mengetes sistem persinyalan melalui lintas Stasiun TMII-Stasiun Harjamukti pada Rabu (11/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pekerja menaiki LRT saat pelaksanakan uji coba lintasan LRT Jabodebek. LRT Jabodebek kembali diuji coba untuk mengetes sistem persinyalan melalui lintas Stasiun TMII-Stasiun Harjamukti pada Rabu (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan bersama PT Len Industri, Adhi Karya, INKA, dan KAI kembali melakukan uji coba penggunaan sistem persinyalan LRT Jabodebek dengan kereta melalui lintas Stasiun TMII-Stasiun Harjamukti pada Rabu (11/11). Pengujian disaksikan 

Direktur Operasi II PT Len Industri (Persero) Linus Andor Mulana S mengatakan, uji coba LRT Jabodebek kali ini dimaksudkan untuk menguji sistem operasi Grade of Otomation 0 (GOA 0) sebagai fase awal menuju sistem otomasi GOA 3. Uji coba persinyalan tersebut merupakan fase awal untuk mempersiapkan sistem GOA 3 secara menyeluruh.

Baca Juga

Nantinya, uji coba memerlukan tahapan-tahapan lebih lanjut untuk memastikan setiap wesel hingga automatic train protection dapat berfungsi dengan baik. Sehingga otomatisasi GOA 3 dapat beroperasi penuh sesuai target pada Juni 2022 mendatang.

Linus menyebut LRT Jabodebek menerapkan teknologi persinyalan moving block yang memungkinkan blok kereta fleksibel, berubah-ubah, dan bergerak sesuai dengan pergerakan dan spesifikasi keretanya. "Sehingga headway atau jarak keberangkatan antar kereta dapat diatur lebih dekat tapi tetap dalam jarak aman," kata Linus di Jakarta, Kamis (12/11). 

Dengan kata lain, CBTC (Communication-Based Train Control) memungkinkan untuk memendekkan jarak aman antar kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beroperasi bisa lebih banyak. Keamanan, ketepatan jadwal kereta, kapasitas angkut penumpang yang besar, serta jarak singkat antar kereta adalah hal penting bagi penumpang dalam menggunakan transportasi massal.

"Sistem tersebut berbeda dengan sistem fixed block (konvensional) di mana track dibagi per section atau blok dan dalam satu blok hanya boleh terdapat satu kereta. Sistem itu membuat jumlah kereta (train set) yang beoperasi menjadi lebih terbatas," kata Linus menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement