Kamis 12 Nov 2020 10:13 WIB

Bank Mega Bukukan Laba Bersih Rp 1,8 Triliun

Kenaikan laba disumbang dari meningkatnya pendapatan bunga bersih sebesar 3,1 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Bank Mega
Foto: Wikipedia
Bank Mega

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Mega Tbk membukukan laba sebelum pajak senilai Rp 2,2 triliun pada kuartal tiga 2020. Adapun realisasi laba tersebut naik 27,7 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, laba bersih perusahaan tumbuh 27,8 persen menjadi Rp 1,8 triliun. “Perusahaan melakukan strategi dengan menjaga profitabilitas yakni fokus peningkatan pendapatan melalui pendapatan bunga bersih serta menurunkan biaya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (12/11).

Baca Juga

Menurutnya, kenaikan laba disumbang dari meningkatnya pendapatan bunga bersih sebesar 3,1 persen menjadi Rp 1,64 triliun. Dari sisi operasional menurun, yang menyebabkan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) menjadi 71 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar 74,8 persen.

“Semakin rendah ini menunjukkan semakin efisiennya Bank Mega dalam melakukan kegiatan operasionalnya,” ucapnya.

Kostaman juga menyebut pertumbuhan laba dikontribusikan dari meningkatnya pendapatan bunga bersih sebesar 8,3 persen menjadi Rp 2,97 triliun. Pertumbuhan ini jauh di atas pertumbuhan pendapatan bunga bersih perbankan per Agustus 2020 yang negatif 2,57 persen.

Kemudian return on asset (ROA) meningkat menjadi 2,9 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 2,7 persen. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi dalam mengelola asetnya.

Adapun return on equity (ROE) meningkat menjadi 15,7 persen dari posisi tahun sebelumnya pada level 14,0 persen. Hal ini menunjukkan semakin tinggi ini menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk pemegang saham.

Menurutnya, di tengah kondisi perekonomian yang cukup menantang, perusahaan menyalurkan kredit per September 2020 menjadi Rp 50,5 triliun atau meningkat 4,7 persen. Tercatat kredit korporasi memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan kredit sebesar Rp 25,9 triliun atau tumbuh 33,1 persen.

“Komposisi kredit Bank Mega terutama didominasi oleh tiga segmen kredit yaitu kredit korporasi (51 persen), joint finance (25 persen), dan credit card (13 persen),” ucapnya.

Dalam menjaga kualitas kredit, perusahaan secara intensif mengkaji kemampuan bayar debitur dan melakukan analisa berkala untuk memonitor perkembangan bisnis debitur tersebut. Adapun rasio kredit bermasalah pada akhir September 2020 sebesar 1,03 persen atau turun dari 1,15 persen pada September 2019.

Kemudian dana pihak ketiga (DPK) meningkat 15,5 persen menjadi Rp76,3 triliun. Kenaikan DPK telah meningkatkan aset secara signifikan sebesar 18,2 persen menjadi Rp 103,8 triliun.

Pencapaian DPK dan kredit menjadikan rasio loan to deposit ratio (LDR) pada September 2020 sebesar 64 persen atau turun dibandingkan dengan September 2019 sebesar 71 persen. Dari sisi likuiditas, perusahaan telah menetapkan kebijakan untuk menjaga rasio LDR kisaran 70 persen. 

“Hal ini dilakukan mengingat likuiditas adalah faktor yang penting dijaga terutama saat terjadinya krisis ekonomi,” ucapnya.

Dari struktur permodalan, perusahaan yang tercermin dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) September 2020 meningkat menjadi 26 persen pada periode September 2020 atau meningkat jika dibanding tahun sebelumnya sebesar 24,4 persen. Posisi CAR perusahaan juga lebih tinggi dibanding CAR industri perbankan sebesar 23,5 persen pada Agustus 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement