Kamis 12 Nov 2020 05:20 WIB

Vaksinasi di Uni Eropa Diprediksi Mulai Kuartal Pertama 2021

Prediksi vaksinasi di Uni Eropa menyusul efektivitas vaksin BioNtech Jerman

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nashih Nashrullah
Prediksi vaksinasi di Uni Eropa menyusul efektivitas vaksin BioNtech Jerman  Vaksin (ilustrasi)
Foto: AP Photo/LM Otero
Prediksi vaksinasi di Uni Eropa menyusul efektivitas vaksin BioNtech Jerman Vaksin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM – Vaksinasi pertama di Uni Eropa (UE) terhadap Covid-19 diperkirakan dapat dilakukan pada tiga bulan pertama 2021. Prediksi ini diambil berdasarkan kalkulasi optimis bahwa vaksin dapat segera rampung. 

"Saya berpikir optimis pada kuartal pertama tahun depan, tapi saya tidak bisa lebih tepatnya kapan," kata Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) Andrea Ammon, yang berbasis di Stockholm, dalam sebuah wawancara dilansir dari Arabnews pada Rabu (11/11). 

Baca Juga

Sebuah sumber anonim mengatakan pada Selasa lalu bahwa vaksin dapat diizinkan untuk digunakan di UE pada awal 2021. Hal ini sejalan dengan pengumuman kelompok farmasi AS Pfizer dan vaksin BioNTech Jerman telah menunjukkan keefektifan 90 persen dalam uji coba fase tiga. 

Namun Andrea menyampaikan kabar baik itu baru sebatas angin segar. Sebab hasil uji coba Pfizer dan vaksin BioNTech perlu ditelaah lagi. 

"Tentu saja itu merupakan hasil yang menjanjikan. Tapi perlu tinjauan lagi, jadi kita harus melihat seperti apa penilaian akhirnya," ujar Andrea. 

Setiap vaksin yang tersedia di Uni Eropa harus mendapat otorisasi dari European Medicines Agency. Komisi Eropa telah menandatangani kontrak dengan Pfizer dan BioNTech untuk membeli 300 juta dosis vaksin.  

"Kehadiran vaksin penting karena penyebaran pandemi di Eropa sangat, sangat memprihatinkan dan semua indikator menuju ke arah yang buruk saat ini," ucap Andrea.  

Sejak awal wabah Covid-19 melanda, Eropa telah mecatatkan setidaknya 311 ribu kematian dari lebih dari 13 juta infeksi. Bahkan banyak negara di Benua Biru tengah dilanda gelombang kedua Covid-19. "Mungkin perlu waktu lebih lama untuk menurunkan kasus dari kondisi kita sekarang," ungkap Andrea. rizky surya

Sumber: https://www.arabnews.com/node/1761651/world

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement