Jumat 13 Nov 2020 00:29 WIB

Berebut Pengaruh Habib Rizieq

Pengaruh Habib Rizieq masih diperebutkan dalam politik Tanah Air

Sejumlah massa menunggu kedatangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab di kawasan Petamburan, Jakarta, Selasa (10/11). Habib Rizieq Shihab kembali ke tanah air setelah berada di Arab Saudi selama tiga setengah tahun. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah massa menunggu kedatangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab di kawasan Petamburan, Jakarta, Selasa (10/11). Habib Rizieq Shihab kembali ke tanah air setelah berada di Arab Saudi selama tiga setengah tahun. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Hafil*

Pengaruh Habib Rizieq Shihab, dalam empat tahun terakhir ini, bagi sebagian umat Islam di Indonesia memang luar biasa. Dimulai sejak 2016 dengan munculnya gerakan 411, 212, reuni 212, dan seterusnya.

Kecintaan terhadap Habib Rizieq di kalangan pengikut dan simpatisannya, bisa dilihat dari penjemputan massa ke Bandara Soekarno-Hatta, saat Habib Rizieq pulang dari Arab Saudi. Setelah beliau meninggalkan Tanah Air sejak beberapa tahun lalu.

Fenomena ini sungguh langka. Belum pernah ada peristiwa penjemputan seorang tokoh baik dari kalangan politik, artis internasional, maupun  tamu negara ke bandara yang dilakukan massa.

Namun, peristiwa penjemputan Habib Rizieq ini memang luar biasa. Ini menunujukkan pengaruh Habib Rizieq bagi kalangan pengikut dan simpatisannya sangat kuat.

Pengaruh Habib Rizieq ini bukan hanya kuat dirasakan bagi para pengikut dan simpatisannya. Namun, tentunya juga dari kalangan politik.

Bagi kalangan politikus, khususnya oposisi penguasa saat ini, rasanya belum lengkap jika belum menunjukkan telah mendapatkan dukungan, setidaknya simpati dari Habib Rizieq. Ini bisa dilakukan saat sebagian tokoh melaksanakan umroh ke Arab Saudi.

Mereka selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Habib Rizieq. Sebut saja, pada 8 April 2019 lalu, sejumlah elite PKS yang dipimpin oleh Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri menemui Habib Rizieq.

Amien Rais (dulu masih PAN) pada Juni 2017, Fadli Zon (Gerindra) pada Agustus 2017, Haji Lulung (PPP) pada Januari 2018, Andre Rosiade pada Maret 2018, hingga Erwin Moeslimin Singaruju (PDIP). Bahkan, Prabowo Subianto juga pernah mengunjungi Habib Rizieq di Makkah pada Juni 2018.

Meskipun, beberapa nama yang disebutkan di atas, belakangan justru menjadi bagian dari koalisi pemerintah. Padahal, hingga kedatangannya ke Tanah Air kemarin, Habib Rizieq masih menyatakan oposisinya terhadap pemerintah.

Tetapi,  sebagian nama-nama yang sudah menjadi bagian pemerintah itu pun, masih menunjukkan foto-fotonya di akun instagram, seolah menunjukkan bahwa mereka pro ke Habib Rizieq. Ini menjadi indikasi kuatnya pengaruh Habib Rizieq secara politik.

Ke depannya, kita akan menghadapi sejumlah agenda politik. Mulai di depan mata yaitu Pilkada dan beberapa tahun ke depan yaitu Pilpres.

Tentu pengaruh Habib Rizieq ini akan diperebutkan oleh kalangan politik. Ini melihat potensi suara yang akan diraih karena banyaknya pengikut dan simpatisan beliau.

Habib Rizieq tentu akan banyak dikunjungi oleh banyak tokoh peserta politik yang memiliki kepentingan. Dengan tujuan agar ceruk suara dari  simpatisan dan pengikut Habib Rizieq bisa diraih.

Namun, yang perlu diingat, mendapat dukungan dari Habib Rizieq tidak serta merta bisa melanggengkan jalan seorang politikus mencapai tujuannya. Karena, meski kita melihat sambutan massa yang sangat besar saat menjemput Habib Rizieq itu, itu tidak mewakili Indonesia maupun mewakili, katakanlah, kelompok Islam secara utuh.

Kita bisa melihat, bagaimana toh pada Pemilu 2019 lalu, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang didukung Habib Rizieq, kalah dari Jokowi-Maruf Amin. Kemudian, pada Pilkada Jawa Barat 2018 lalu, pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang didukung oleh Habib Rizieq, juga dikalahkan oleh Ridwan Kamil-Uu. Kemudian, pada Pilkada Jawa Tengah 2018 lalu, pasangan Sudirman Said yang didukung Habib Rizieq pun harus mengakui keunggulan Ganjar Pranowo.

Ini artinya, dukungan Habib Rizieq bisa menambah perolehan suara, tapi tidak semuanya. Apalagi, di Indonesia sendiri adalah wilayah yang penduduknya majemuk.

Di kalangan Islam pun, ada sejumlah ormas, yang mendukung setiap gerakan Habib Rizieq maupun yang tidak mendukung. Sebagai contoh, dalam setiap aksi mulai 411, 212, reuni 212, PBNU dan PP Muhammadiyah, selaku dua ormas Islam yang besar pun, menyatakan tak memberikan dukungan pada aksi-aksi yang mendapat restu dari Habib Rizieq itu.

Belum lagi dari kalangan nasionalis, maupun dari kalangan Timur yang penduduknya banyak yang non-Muslim.

Namun, yang perlu diingat, peta politik ke depan belum tentu bisa dipastikan sama dengan peta politik yang telah berlalu. Bisa saja, pengaruh Habib Rizieq ini semakin besar. Karena, beliau sudah kembali ke Indonesia.

Bisa saja kemarin karena Habib Rizieq tidak berada di Indonesia, berpengaruh terhadap arahan-arahannya dan dukungan yang ia berikan. Sehingga, hasilnya tak maksimal.

Sekarang, saat Habib Rizieq sudah berada di Tanah Air, pengaruhnya tentu lebih dekat dan lebih terasa oleh masyarakat. Kita lihat saja.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement