Rabu 11 Nov 2020 23:45 WIB

Perpusnas Dorong Milenial Tingkatkan Literasi Digital

Literasi digital ditingkatkan karena persaingan semakin ketat

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan saat ini setiap individu persaingannya adalah dunia, bukan nasional lagi. Maka itu ilmu pengetahuan dan kemampuan dengan perkembangan teknologi digital harus mampu dikuasai, agar masa depan bangsa tidak tertinggal mata internasional.
Foto: Republika / Darmawan
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan saat ini setiap individu persaingannya adalah dunia, bukan nasional lagi. Maka itu ilmu pengetahuan dan kemampuan dengan perkembangan teknologi digital harus mampu dikuasai, agar masa depan bangsa tidak tertinggal mata internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpustakaan Nasional RI meminta para pemuda menyiapkan diri semaksimal mungkin dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di tengah percaturan global. Para generasi muda akan menentukan arah percaturan global. 

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan saat ini setiap individu persaingannya adalah dunia, bukan nasional lagi. Maka itu ilmu pengetahuan dan kemampuan dengan perkembangan teknologi digital harus mampu dikuasai, agar masa depan bangsa tidak tertinggal mata internasional.

“Namun kita jangan salah kaprah. Perpustakaan digital dengan konsep karya cetak dan rekam masih diperlukan, termasuk di seluruh dunia. Maka karya itu jangan dipertentangkan. Bila kita berjam-jam berselancar media sosial, tanpa harapan yang jelas dan mengharapkan sesuatu pendirian dari internet, maka sama dengan berselancar gelombang dengan pengetahuan yang sangat dangkal dengan ketidak penuh pastian,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (11/11).

Sedangkan, lanjut dia, bila membaca buku sama dengan menyelam di laut dalam dengan seluruh pengetahuan yang sangat detail, komprehensif yang memastikan bisa mengambil sikap untuk masa depan. Langkah ini menjadi modal generasi milenial menghadapi percaturan global. 

Berdasarkan literasi menurut UNESCO bukanlah sekedar kemampuan mengenal huruf, kata, kalimat, hubungan sebab-akibat, dan mengeluarkan pendapat saja, namun lebih luas dari pada itu. Literasi pada era kini mempunyai empat unsur antara lain pertama, seseorang perlu memiliki kemampuan terhadap aksesilibitas sumber informasi yang terpercaya. 

Kedua memahami apa yang tersurat dan tersirat, makanya mustahil memahami sesuatu tanpa membaca. Ketiga kemampuan membuat ide baru, gagasan, inovasi dan gagasan baru. Keempat percaturan global akhirnya menciptakan persaingan bangsa. 

“Maka penting bagi kita untuk meningkatkan indeks literasi generasi muda sebagai generasi bangsa Indonesia. Inilah yang menjadi filosofi dasar presiden mengangkat tema sentral peningkatan kualitas SDM menjelang memasuki menjemput bonus demografi 25 tahun kedepan,” jelasnya.

Menurutnya pemanfaatan teknologi bisa dimaksimalkan untuk pemberdayaan kreativitas dan pengembangan literasi yang punya pengaruh penting bagi kekeberhasilan generasi muda. Kemampuan literasi yang baik akan membantu memahami informasi dan ilmu pengetahuan baik lisan maupun tertulis. 

“Penguasaan literasi berguna dalam mendukung memilah informasi atau pengetahuan yang dibutuhkannya. Perlu diingat literasi bukan bersifat temporer tetapi dinamis agar pemuda terus berkarya dan siap membangun bangsa melalui keterampilan yang tercipta melalui penguasaan literasi. Maka generasi muda harus siap menjadi tonggak pembangunan guna mensejajarkan Indonesia dengan negara-negara lain percaturan global,” ucapnya.

Sementara Anggota Komisi X Putra Nababan menambahkan persaingan dunia yang semakin ketat, pemuda Indonesia jangan lupa juga mengembangkan soft skil. Kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, bisa memecahkan masalah, inovasi, bekerja sebagai tim meski lewat digital, hal ini akan memperkaya pengembangan diri. 

“Namun dasar membaca, menulis, melatih kemampuan intelektual bagaimana bernarasi, bertutur dan lainnya harus terus diasah. Tantangan era sekarang tidak mudah, makanya saya juga tak mau menyalahkan generasi muda saat ini. Mereka bukan tidak punya kemampuan literasi untuk mengembangkan diri, tapi perlu dukungan luas,” ucapnya.

Menurutnya hal ini menjadi tantangan dan tugas berat untuk meningkatkan literasi dengan cara berkolaborasi bekerja sama satu sama lain. Perpusnas perlu bahu membahu membagi peran seperti DPR, lembaga pendidikan, sekolah dan lainya karena ruang publik itu sangat luas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement