Rabu 11 Nov 2020 23:21 WIB

Pascapilpres AS, Nilai Tukar Dolar Terhadap Rupiah Rp 14.318

Momen Biden unggul dianggap pasar sebagai momentum negatif pada dolar AS

Pascapilpres AS, nilai tukar dolar terhadap rupiah mencapai harga Rp 14.318. (ilustrasi)
Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Pascapilpres AS, nilai tukar dolar terhadap rupiah mencapai harga Rp 14.318. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) yang dilaksanakan pada tanggal 4 November 2020 silam, memberikan tekanan yang cukup negatif terhadap nilai dari dolar AS. Unggulnya Joe Biden di atas Donald Trump dianggap pasar sebagai momentum yang negatif terhadap dolar AS.

Pasar seolah-olah menanggapi bahwa dengan semakin besar potensi terpilihnya Joe Biden sebagai presiden AS, turut meningkatkan potensi dikeluarkannya stimulus yang sampai saat ini tengah tertunda, yang berpotensi untuk menambahkan 1,9 triliun dolar AS ke dalam sirkulasi dolar di dalam pasar. Selain itu, dengan kursi senat yang sampai saat ini didominasi oleh kubu Republik juga memperkecil potensi peningkatan pajak seperti yang direncanakan oleh Joe Biden pada masa kampanyenya.

Seperti yang terefleksi pada grafik perbandingan antara nilai tukar Dolar ke Rupiah / USD IDR (garis berwarna biru) dengan Indeks Dollar A.S / DXY (garis berwana kuning) di bawah ini:

 

photo
Grafik nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. - (Dok Pribadi)

 

Perlemahan dari dolar juga turut menyebabkan nilai tukar Dolar ke Rupiah (USDIDR) terkena efek dimana nilai tukar saat ini berada pada harga Rp 14.318 per dolarnya. Mengaca dengan potensi yang sebelumnya telah diutarakan, perlemahan dolar yang berpotensi untuk mendorong nilai dolar turun menembus titik terendah yang terjadi pada tanggal 31 Agustus silam, akan pula berpotensi untuk membawa nilai tukar Dolar ke Rupiah mencapai harga Rp 13.952 yang sempat dicapai pada tanggal 8 Juni yang lalu.

Tekanan yang juga dikeluarkan oleh Ketua Federal Reserve/FED, Jerome Powell, yang menyatakan bahwa meski Federal Reserve akan tetap menjalankan komitmennya untuk tetap menjalankan program Quantitative Easingnya untuk mendukung pemulihan perekonomian yang terkena dampak dari pandemi ini. Potensi pemulihan perekonomian hanya dapat dipercepat apabila didukung oleh adanya tambahan berupa stimulus fiskal yang perlu untuk dikeluarkan oleh pemerintah AS juga semakin memperbesar potensi adanya pelemahan yang lebih lanjut terhadap dolar AS yang bahkan bisa berlanjut hingga ke akhir kuartal ke 4 tahun 2020 ini.

Meski tidak berimbas secara langsung IHSG juga merasakan efek dari pelemahan dolar AS saat ini dimana perbandingan antara IHSG (garis merah) dengan Indeks Dolar dan nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

photo
Grafik nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. - (Dok Pribadi)

 

Tentunya, faktor terakhir yang dapat menentukan apakah perlemahan dari dolar ini akan dapat terus terjadi adalah apakah gugatan yang dilayangkan oleh Donald Trump disetujui oleh Mahkamah Agung di Amerika Serikat. Dimana tentunya kondisi yang tengah berjalan saat ini berpotensi untuk berbalik arah apabila kemenangan dari Joe Biden dapat digulingkan oleh Donald Trump yang mana berpotensi untuk mengurangi jumlah stimulus dari yang sebelumnya sudah disepakati antara kubu Demokrat dan Republik sebelum pemilihan presiden dilaksanakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement