Rabu 11 Nov 2020 21:21 WIB

Manuel Locatelli Sebut De Zerbi dan Sassuolo Ubah Hidupnya

Locateli dipinjamkan ke Sassuolo pada Agustus 2018, sebelum permanen setahun kemudian

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Israr Itah
Manuel Locatelli dari Sassuolo mencetak gol selama pertandingan sepak bola Serie A antara Napoli dan Sassuolo,
Foto: Alessandro Garofalo/LaPresse via AP
Manuel Locatelli dari Sassuolo mencetak gol selama pertandingan sepak bola Serie A antara Napoli dan Sassuolo,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelandang Sassuolo Manuel Locatelli mengatakan pelatih Roberto De Zerbi telah mengubah hidupnya. Mantan gelandang AC Milan itu pindah ke Mapei Stadium dengan status pinjaman pada Agustus 2018, sebelum pindah permanen seharga 12,5 juta euro pada Juli 2019.

Pemain berusia 22 tahun itu bersinar di Neroverdi dan telah memberi pelatih De Zerbi opsi dalam serangan. "Pelatih telah mengubah hidup saya," kata Locatelli kepada La Gazzetta dello Sport dikutip dari Football Italia, Rabu (11/11). "Saya dilihat sebagai pemain yang berbeda dan orang yang lebih baik." 

Baca Juga

Menurutnya, De Zerbi memiliki kemampuan untuk membantunya menjadi dewasa dan tampil terbaik di dalam dan luar lapangan. Pemain internasional Italia itu mengatakan sulit untuk menunjukkan apa yang bisa dia kontribusikan dengan segera. 

Di satu sisi, ia mengaku akan selalu berterima kasih kepada Milan. Dia mengatakan, selalu ingin segera mencapai puncak, dan dedikasinya untuk bekerjalah yang membantunya mencapai hasil yang luar biasa. 

"Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mengatakan bahwa saya akan berterima kasih kepada Milan seumur hidup, dan saya akan selalu mendoakan mereka dengan baik," ujarnya.

Baginya, Milan adalah rumahnya. Karena itu, ia menegaskan tidak pernah berbicara buruk tentang Milan. 

"Terlepas dari semua yang telah dikatakan, saya akan selalu berterima kasih kepada Milan," tegasnya.

Locatelli mengaku belum siap di Milan karena ekspektasi yang melambung tinggi terhadapnya setelah gol spektakulernya melawan Juventus. "Gol melawan Juventus adalah pedang bermata dua. Itu memberi saya kegembiraan luar biasa untuk mencetak gol melawan penjaga gawang itu, gol seperti itu, melawan juara seperti itu, luar biasa," katanya.

Namun, kemudian menjadi sulit baginya karena selalu diminta untuk mencetak gol spektakuler. Ekspektasi melambung tinggi itulah justru yang membuatnya rumit. "Saya belum siap. Namun sekarang saya melihat hal-hal secara berbeda dan saya sadar bahwa gol itu akan tetap dalam sejarah, pasti di hati saya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement