Rabu 11 Nov 2020 20:20 WIB

HERFuture: Inggris Latih 100 Pengusaha Rumahan Perempuan

Mereka dilatih literasi digital dan keuangan, operasional bisnis, dan akses pasar.

Dunia usaha wanita berskala rumahan (ilustrasi)
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Dunia usaha wanita berskala rumahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program pelatihan virtual dan pendampingan “HERfuture” diluncurkan Rabu (11/11). HERFuture adalah program pelatihan dan pendampingan virtual untuk 100 pengusaha rumahan perempuan atau dengan skala usaha mikro dan esktra mikro. 

Pelatihan ini didanai oleh Pemerintah Inggris, melalui UK-INDONESIA Tech Hub. Kemudian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menjadi mitra pengamat dan Krealogi oleh Du Anyam, bertindak sebagai mitra pelaksana.

“Kami berharap melalui program HERfuture ini, para pengusaha perempuan skala rumah-tangga dapat meningkatkan keterampilan literasi digital, keamanan internet, keuangan, dan operasional untuk UMKM," ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, Rabu, dalam pembukaan yang digelar vitual.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini menyumbang 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan 97 persen dari angkatan kerja. 

Menurut Jenkins, Inggris adalah pusat teknologi dan digital di Eropa. Maka Inggris dapat memainkan peran strategis untuk membantu pemanfaatan teknologi yang membuka peluang perkembangan ekonomi di Indonesia.

HERFuture melibatkan 100 pengusaha perempuan berusia 30-50 tahun ikut dalam program ini. Mereka berasal dari enam wilayah Indonesia yaitu Lombok Tengah, Rembang, Kendal, Bangka Tengah, Cilegon, dan Palembang.

Pelatihan itu meliputi literasi digital dan keuangan, keterampilan operasional bisnis, dan untuk mengakses pasar baru. Para pengusaha perempuan ini akan mengikuti pembelajaran dalam grup kecil dan mendapatkan pendampingan yang berkelanjutan.

Menurut survei oleh Kemen PPPA di 45 kabupaten, 95 persen perempuan pemilik usaha mengalami penurunan omzet yang cukup besar dalam penjualan mereka semasa pandemi Covid-19. Sementara 92 persen di antara mereka mengalami kenaikan biaya bahan baku akibat pandemi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement