Rabu 11 Nov 2020 19:32 WIB

Menularkan 'Virus Kepahlawanan' di Era Pandemi

Masyarakat Indonesia telah mengalami kondisi retaknya kebersamaan dan persatuan.

Riswadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Riswadi

Oleh Riswadi M.Pd (Sekretaris Umum Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Provinsi Kalimantan Timur)

 

REPUBLIKA.CO.ID, Momentum Hari Pahlawan pada 10 November, mengingatkan kepada kita tentang peran dan kiprah para pahlawan nasional. Mereka memiliki semangat membela tanah air, rela berkorban, berani mati, mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan kelompok atau pribadi serta memiliki idealisme dan cita-cita yang mulia demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Saat masa penjajahan, para pahlawan bersama rakyat bersatu padu dalam mengusir penjajah. Semangat dalam berjuang ditunjukkan dalam semboyan yang sering dikobarkan oleh Bung Karno “rawe-rawe rantas, malang-malang putung” (baca: sesuatu yang menghalangi maksud dan tujuan harus disingkirkan). Sikap tersebut merupakan ketegasan dan penegasan bahwa para penjajah dalam bentuk apapun yang merongrong tegaknya NKRI harus disingkirkan dari bumi pertiwi Indonesia. 

 

Keberhasilan dalam mengusir penjajah tersebut atas berkah rahmat Allah SWT dan modal kekompakkan serta kebersamaan seluruh rakyat Indonesia. Oleh karenanya modal terbesar dalam membangun bangsa dan negara adalah persatuan dan kesatuan. 

Namun saat ini, fakta menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia telah mengalami kondisi retaknya kebersamaan dan persatuan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh hoaks, ujaran kebencian, dan adanya paham yang menyimpang dan radikal yang diduga akan mengganti dasar negara Pancasila.  

Oleh karena itu menularkan “virus kepahlawanan” bidang ilmu pengetahuan, bidang ekonomi, bidang lingkungan, dan bidang sosial kepada seluruh masyarakat menjadi kebanggaan dan spirit membangun bangsa Indonesia dimasa pandemi covid-19.

 

Kalau dulu bangsa kita terhormat dan bangga kepada pahlawan nasional bersama rakyat berhasil mengusir penjajah, maka masyarakat kita harus bangga mewarisi dan meneruskan cita-cita bangsa dengan melakukan segala sesuatu untuk kepentingan bangsa Indonesia. Kebanggaan kita saat ini idealnya bahwa bangsa yang cerdas rakyatnya, memiliki kemampuan ekonomi yang baik, , sehat lingkungannya, dan memiliki solidaritas yang tinggi antar sesama.

 

“VIRUS KEPAHLAWANAN” BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Seluruh elemen bangsa dituntut untuk menjadi masyarakat yang berpendidikan. Oleh karenanya Negara menjamin setiap warganya untuk mendapat pengajaran. Program wajib belajar, program Indonesia pintar, dan program bantuan beasiswa serta program lainnya merupakan ikhtiar dalam berjuang melawan kebodohan. 

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:”berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini jelas menegaskan bahwa Allah akan meninggikan kepada hamba-Nya yang beriman dan berilmu pengetahuan ke beberapa derajat. Janji Allah SWT. tersebut pasti adanya, tergantung ummat Islam dalam berikhtiar untuk menuntut ilmu. Kewajiban menuntut ilmu juga sudah ditegaskan oleh Rasulullah SAW. dalam sabdanya: “Mencari ilmu itu wajib bagi semua muslim, baik laki-laki atau perempuan”, kemudian dalam Hadits lain: “Tuntutlah ilmu walaupun sampai negeri China”, dan Hadits berikutnya, “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”, dan Rasulullah juga berjanji kepada ummatnya bahwa orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. “Barang siapa yang ingin bahagia didunia harus dengan ilmu, dan barang siapa ingin bahagia diakhirat harus dengan ilmu dan barang siapa ingin bahagia dunia dan akhirat harus dengan ilmu”.

Semangat untuk memiliki ilmu pengetahuan harus kita kobarkan agar bangsa kita terbebas dari kebodohan. Karena kalau bangsa kita bodoh maka akan dihadapkan kepada kemiskinan dan kekafiran. Naudzubillah. Jadi kita harus menjadi Pahlawan ilmu pengetahuan agar bangsa kita menjadi bangsa yang cerdas dan berkeadaban.

Virus Kepahlawanan bidang ekonomi

Kondisi bangsa saat ini mengalami penurunan ekonomi yang cukup signifikan. Daya beli masyarakat menurun, pendapatan perkapita menurun dan banyaknya pemutusan hubungan kerja pada semua sektor juga terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh pandemi covid-19 yang melanda dunia. 

Namun, sebagai muslim sejati kita harus tetap optimis bahwa Allah SWT. tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan. Allah pasti akan memberi rezeki kepada semua makhluqnya. Sebagaimana firman Allah SWT. Q.S. Huud Ayat 6 yang artinya:”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”.

Ayat di atas mengandung makna bahwa setiap makhluq di muka bumi, sudah Allah jamin rezekinya. Allah mengetahui segala yang dibutuhkan oleh makhluq-Nya, dalam hal ini skopnya diperkecil menjadi setiap hamba-Nya.

Dalam Hadits Rasulullah SAW. bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih cintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan,” (HR. Muslim). Artinya kecintaan Allah kepada makhluqnya berbeda-beda, seperti kecintaan-Nya kepada mukmin yang kuat lebih besar daripada kecintaan-Nya kepada mukmin yang lemah.

Dengan demikian kita harus berjuang agar kondisi ekonomi bangsa kita semakin membaik. Bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja ikhlas, dan bekerja tuntas merupakan ikhtiar untuk memulihkan kondisi ekonomi bangsa kita. Kita juga harus bangga dan cinta menggunakan produk dalam negeri. Gaya hidup sederhana dan hemat merupakan karakter muslim sejati sehingga kita akan menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri. 

Menyelamatkan kondisi bangsa yang sedang terpuruk secara ekonomi merupakan pahlawan ekonomi yang patut diapresiasi. Berjuang melawan kemiskinan, menciptakan pekerjaan, bertahan hidup di masa pandemi, kreatifitas dalam berusaha merupakan spirit kepahlawanan yang perlu digelorakan oleh seluruh elemen masyarakat.

Virus kepahlawanan di bidang lingkungan

Kondisi lingkungan di negeri ini juga menjadi problem tersendiri. Pencemaran udara, kerusakan alam baik hutan maupun laut, ketersediaan air, dan krisis energy menjadi kekhawatiran bangsa kita. Akibat dari kerusakan tersebut tentu juga ulah dari oknum masyarakat dan perusahaan serta kebijakan yang tidak berpihak kepada lingkungan. 

Sebagaimana firman Allah SWT. Surah Ar Rum ayat 41 yang artinya: ”Telah Nampak kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.  

Menurut Tafsir Kementerian Agama RI bahwa: “Telah Nampak kerusakan di daratan maupun di lautan dalam kehidupan manusia dengan berkurangnya penghasilan dan di dalam diri mereka dengan timbulnya berbagai penyakit dan wabah, disebabkan karena kemaksiatan yang mereka lakukan. Hal itu timbul agar Allah merasakan kepada mereka balasan dari perbuatan buruk mereka dikehidupan dunia dengan harapan agar mereka kembali kepada-Nya dengan bertaubat.

Ayat tersebut telah jelas bahwa adanya pandemi  covid-19 sekarang ini kemungkinan besar adalah karena kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia di dunia ini. Termasuk dalam menjaga, memelihara, merawat alam yang tidak amanah. Gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan bencana yang lain mengisyaratkan kepada kita harus taubat dan kembali ke jalan Allah SWT. 

Oleh karenanya semua elemen bangsa harus menjadi pahlawan lingkungan, dengan membuang sampah pada tempatnya, budaya hidup bersih dan sehat, menjaga lingkungan dan alam dengan bijak, penggunaan air dan listrik seefisien mungkin, serta merawat dan memelihara hutan, pohon dan tanaman utk kesehatan udara.

Virus kepahlawanan di bidang sosial

Di era pandemi covid-19 seperti sekarang ini, memerlukan kebersamaan dan kekompakkan dalam melawan virus serta dampak dari pandemi. Kesetiakawanan, kebersamaan, tolong menolong, senasib sepenanggungan, rela berkorban untuk orang lain merupakan sikap yang harus dijaga dan dikobarkan dalam era pandemi saat ini. Tanpa sikap tersebut kondisi bangsa tidak akan dapat bangkit dan keluar dari masalah.

Sejatinya, manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan bantuan dan pertolongan dengan orang lain. Oleh karenanya semangat kebersamaan untuk berjuang bersama melawan virus covid-19 dan berjuang melawan sikap individualistik harus terus dikobarkan. 

Contoh tersebut sudah dilakukan oleh para tenaga kesehatan baik dokter dan perawat dalam menjaga, merawat dan mengobati para pasien yang terkonfirmasi positif covid-19. Sikap kepahlawanan yang dimiliki oleh pejuang kesehatan merupakan contoh nyata yang patut ditiru. Kondisi sulit masyarakat bangsa Indonesia sekarang ini memerlukan kepedulian sosial seluruh pihak agar dapat keluar dari kiris yang berkepanjangan. 

Islam mengajarkan kepada kita, dalam Firman Allah SWT. Surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan. Dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya siksa Allah sangat berat”. 

Tak ayal, perintah tolong menolong dalam agama ini kerap direpresentasikan dalam aksi kepedulian. Tak sedikit misalnya, di Indonesia, hadirnya lembaga-lembaga filantropi juga diusung oleh semangat kepedulian dan sikap tolong menolong yang tinggi.

Menyongsong peringatan hari pahlawan tahun ini, yang bertepatan dengan kondisi pandemi covid-19 perlu menularkan “virus kepahlawanan” agar bangsa kita memiliki kekuatan dan kebersamaan dalam melawan kebodohan, kemiskinan, kerusakan lingkungan serta menurunya solidaritas antar sesama. Semoga.

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement