Selasa 10 Nov 2020 22:01 WIB

Mengenang Karya Maestro Karawitan Rahayu Supanggah

Karya karawitan Rahayu Supanggah sering dipentaskan dalam teater hingga film.

Rep: Binti Solikah/ Red: Nora Azizah
Karya karawitan Rahayu Supanggah sering dipentaskan dalam teater hingga film (Foto: Maestro Rahayu Supanggah)
Foto: Tangkapan layar youtube
Karya karawitan Rahayu Supanggah sering dipentaskan dalam teater hingga film (Foto: Maestro Rahayu Supanggah)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Maestro karawitan Rahayu Supanggah meninggal dunia pada usia 71 tahun pada Selasa (10/11) dini hari. Sejumlah karya dari mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Solo periode 1997-2001 tersebut telah mendunia.

Wakil Dekan I Fakultas Seni dan Pertunjukan ISI Solo, Aton Rustandi, mengatakan, almarhum Supanggah merupakan sosok yang tergolong sangat produktif. Almarhum banyak membuat karya-karya seperti gending karawitan kategori kontemporer dan tradisi, termasuk musik tari, musik teater dan musik film.

Baca Juga

"Menurut beliau tradisi itu sebetulnya kontemporer karena selalu ada pembaruan-pembaruan. Sehingga beliau tidak mau pusing ini tradisi atau kontemporer, yang jelas ada pensikapan baru dari beliau dari pembuatan karya sehingga tampak kemandirian beliau dalam karya tersebut," kata Aton saat dihubungi republika.co.id, Selasa (10/11).

Aton mengungkapkan, karya-karya almarhum Supanggah selalu terlihat memiliki ciri khas. Aton menangkap gaya almarhum terutama jenis musik tari, film atau teater selalu terlihat ciri khas yang sangat konsen terhadap idiom-idiom tradisi, dan sangat melihat konteks.

Aton mencontohkan, sewaktu almarhum membuat musik I La Galigo sebelumnya melakukan riset tentang kultur Sulawesi Selatan. Riset dilakukan termasuk alat musiknya sampai kepada bagaimana penggarapannya.

"Dan itu akan beliau tempatkan sebagai penanda untuk kehadiran tokoh atau setting, nanti kehadiran tokoh yang berbeda beliau pilih yang lain lagi. Kalau kita melihat musik filmnya beliau, musik ini memberi tanda tokoh tertentu, karakter tertentu dan suasana tertentu. Akarnya sumber-sumbernya selalu digarap dari akar-akar tradisi," paparnya.

I La Galigo merupakan salah satu karya fenomenal dari Rahayu Supanggah. Karya sastra klasik dari Sulawesi Selatan tersebut diadaptasi menjadi pertunjukan teater. I La Galigo digarap sejak 2001 dan dipentaskan perdana di Singapura pada 2004.

Karya lainnya antara lain, Setan Jawa yang berkolaborasi dengan Garin Nugroho, serta Realizing Rama. Selain itu, Supanggah pernah diminta membuat komposisi musik untuk dimainkan kelompok musik Kronos Quarter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement