Ahad 08 Nov 2020 14:38 WIB

Ekspor China Melesat di Bulan Oktober

Eksportir China telah memperoleh keuntungan dari pembukaan kembali ekonomi global.

Ilustrasi ekspor impor.
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Ilustrasi ekspor impor.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pertumbuhan ekspor China meningkat pada bulan Oktober, memberi angin segar pada total pertumbuhan ekonomi China tahun ini. Dilansir AP,  Sabtu (7/11), ekspor pada bulan Oktober naik 11,4 persen secara tahunan atau 9,9 persen secara bulanan menjadi 237,2 miliar dolar AS.

Secara umum, eksportir China telah memperoleh keuntungan dari pembukaan kembali ekonomi global. Permintaan akan masker serta pasokan medis lainnya meningkat drastis dari pasar global. Pemulihan ekonominya yang lebih cepat memungkinkan China untuk mengambil pangsa pasar dari pesaing asing yang terhambat karena pengendalian virus. 

Ekspor untuk 10 bulan pertama tahun 2020 tercatat naik 0,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi dua triliun dolar AS, angka positif pertama tahun ini. Ekspor telah lebih besar dari bulan yang sama tahun sebelumnya sejak April.

Tetapi setelah kuartal pertama kontraksi 13,3 persen, pertumbuhan total untuk tahun 2020 berada di wilayah negatif hingga sekarang. Pada bulan Oktober, ekspor ke Amerika Serikat naik 22,5 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 43,8 miliar dolar AS, naik juga dari pertumbuhan 20,5 persen pada bulan sebelumnya. 

Sementara nilai impor naik 4,7 persen menjadi 178,7 miliar dolar AS, melambat dari lonjakan 13,2 persen bulan sebelumnya. Meskipun volume beberapa barang tetap meningkat.

Impor barang Amerika melonjak 33,4 persen menjadi 12,5 miliar dolar AS, meningkat dari pertumbuhan 24,5 persen di bulan September. Surplus perdagangan global bulanan China membengkak 35,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 58,4 miliar dolar, salah satu rekor terbesarnya.

Kesenjangan perdagangan yang sensitif secara politik dengan Amerika Serikat meningkat 18,5 persen menjadi 31,4 miliar dolar AS. China kini menjadi satu-satunya negara dengan perekonomian yang tumbuh tahun ini, meninggalkan Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang yang masih menyusut.

Ekonomi China ciut 6,8 persen dari tahun sebelumnya dalam tiga bulan pertama tahun 2020, setelah pabrik, toko, dan kantor ditutup untuk melawan virus. Pertumbuhan rebound menjadi 3,2 persen pada kuartal kedua dan dipercepat menjadi 4,9 persen dalam tiga bulan yang berakhir pada September.

Pembuat mobil dan produsen besar lainnya kembali ke aktivitas normal, membantu mendorong permintaan bijih besi, tembaga, dan bahan industri lainnya yang diimpor. Penjualan ritel telah pulih ke atas level pra-virus, naik 0,5 persen dari tahun sebelumnya di kuartal yang berakhir pada September.

Impor telah turun nilainya setelah permintaan yang lemah menyebabkan harga minyak dan komoditas lainnya jatuh. Tetapi volume pangan dan barang lain yang dibeli oleh pabrik dan konsumen China telah meningkat.

Impor minyak mentah naik 10,6 persen berdasarkan volume dibandingkan tahun sebelumnya dalam sembilan bulan pertama tahun 2020. Tetapi turun 24,5 persen menurut nilai, menurut data bea cukai. Impor biji-bijian naik 28,5 persen berdasarkan volume tetapi hanya 21 persen berdasarkan nilai.

Ekspor ke 27 negara Uni Eropa turun 21 persen pada Oktober menjadi 22,7 miliar dolar AS. Impor barang-barang Eropa merosot 20,4 persen menjadi 33,6 miliar dolar AS. Surplus China dengan UE meningkat sebesar 149 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 33,3 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement