Ahad 08 Nov 2020 06:59 WIB

Aptikom Tegaskan Pentingnya Gotong Royong Dalam Pendidikan

Tidak ada lagi istilah “Peguruan Tinggiku, Perguruan Tinggimu”.

Dr Kusrini
Foto: Dok UBSI
Dr Kusrini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampus Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) diberikan tugas oleh Aptikom (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia) untuk mengadakan virtual event Rakornas Aptikom 2020 pada tanggal 2-7 November 2020. Pada hari Sabtu, (7/11) diadakan Klinik: Massive Open Online Course (MOOC) Aptikom bertajuk ‘Open Education untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka’.

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 09.00 – 12.00 WIB ini dipandu oleh Dr  Nurul Hidayat dan menghadirkan narasumber yakni Dr Kusrini dan Rangga Firdaus. MOOC Aptikom ini selain dilangsungkan melalui zoom cloud meetings, juga ditayangkan secara live di channel youtube Aptikom TV.

Dr Kusrini yang merupakan Direktur Pascarajana Universitas Amikom Yogyakarta dan Koordinator Bidang PJJ dari MOOC Aptikom berkesempatan menyampaikan materi pertamanya pada MOOC Aptikom. “Saat ini kita sedang berada  di masa revolusi industri 4.0, menjadikan sebuah PR besar bagi kita terlebih pada bidang Informatika,” tuturnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, di setiap revolusi ada banyak hal yang berubah peran baik itu positif maupun negatif. Sebagaimana dahulu ditemukannya mesin uap, muncul revolusi industi 1.0 yang membawa perubahan besar.

“Setelah munculnya revolusi industri 1.0 banyak perubahan yang terasa.  Mulanya semua kegiatan dilakukan oleh tenaga manusia dan hewan ternak. Selanjutnya tergantikan oleh mesin uap dan ini merupakan perubahan yang positif yang menjadikan produksi lebih mudah dan murah,” pungkasnya.

Ia menambahkan, tetapi  adanya revolusi industri 1.0 juga mendatangkan dampak negatif pada saat itu, seperti angka pengangguran melonjak. Fenomena semacam itu terus berkembang hingga ke revolusi industri saat ini 4.0.

Revolusi industri 4.0 ini tidak hanya menuntut menghasilkan tenaga kerja yang mampu melakukannya tetapi juga termasuk melakukan revolusi dalam mendidik anak-anak di Indonesia. “Anak-anak kita sudah berbeda dengan zaman kita dulu yang belajar di kelas. Sekarang mereka bisa belajar sambil tidur-tiduran, bebas mereka melakukan itu. Tetapi bukan berarti mereka lebih tidak mampu atau tidak mendapatkan pengetahuan. Cara mereka belajar berbeda, sehingga kita sebagai penyedia pendidikan harus mengikuti apa yang diinginkan oleh mereka,” jelasnya.

Di dalam pendidikan di Indonesia memiliki dharma pendidikan dan pengajaran Perguruan Tinggi dengan kewajiban mendidik mahasiswa sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan mental positif.  Seingga,  mahasiswa mampu menghadapi perubahan jaman serta memenangkan serta mendorong mahasiswa menjadi personal yang kreatif, inovatif dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi segala tantangan.

“Selanjutnya kita juga memiliki dharma penelitian. Perguruan tingi dapat mendorong dosen dan mahasiswa untuk melakuakn pengkajian terhadap pengembangan teknologi, menciptakan karya-karya yang dapat digunakan oleh masyarakat industri dan umumnya,” bebernya.

Lanjutnya, yang ketiga yakni dharma pengabdian masyarakat. Perguruan tinggi dapat memanfaatkan ilmu, pengetahuan, dan temuan teknologi dari dosen dan mahasiswa untuk secara langsung dapat menyelesaikan masalah di masyarakat.

“Bagaimana cara gotong royong dalam pendidikan yang diinginkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Maka didoronglah di rangkaian kegiatan Aptikom ini dan dibentuklah yang namanya MOOC Aptikom yang ke  depannya dapat membantu mengimplementasikan gotong royong dalam pendidikan,” paparnya.

Dr  Kusrini mengatakan, tidak ada lagi  istilah “perguruan tinggimu, perguruan tinggiku”. Ia mengajak seluruh Perguruan Tinggi  bersama-sama untuk mendidik anak-anak agar menjadi personal yang luar biasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement