Sabtu 07 Nov 2020 03:43 WIB

Mahasiswa IPB University Masuk 10 Besar Kompetisi 18 Negara

Inovasinya adalah membuat ampas sagu menjadi gel sebagai energi alternatif.

Fahmil Muhaimin, mahsiswa IPB berhasil masuk 10 besar kompetisi Ecadin yang diikuti 18 negara.
Foto: Dok IPB University
Fahmil Muhaimin, mahsiswa IPB berhasil masuk 10 besar kompetisi Ecadin yang diikuti 18 negara.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Fahmil Muhaimin, penerima manfaat Pondok Inspirasi (Pondasi) berhasil lolos hingga tahap 10 besar finalis lomba Energy, Sustainability and Society yang diadakan oleh Energy Academy Indonesia (Ecadin) tahun 2020. Raihan tersebut sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa IPB University ini. Pasalnya lomba esai ini merupakan salah satu lomba bergengsi yang banyak diikuti oleh mahasiswa.

Lomba ini diikuti 2.457 peserta dari 18 negara di dunia yang sedang menjalani studi di 294 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia serta 25 perguruan tinggi luar negeri. Juri yang hadir adalah Daru Tri Tjahjono (EVP Talent Development PT PLN Persero), Munir Ahmad (Sekertaris Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM), dan Desti Alkano (Co-Founder Ecadin).

“Mendapatkan penghargaan menjadi finalis 10 besar sudah menjadi kebanggaan bagi saya. Memang tidak mudah dan sangat ketat karena banyak mahasiswa yang ikut serta. Punya ide unik dan optimisme merupakan kuncinya,” tutur Fahmil dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Anak dari pasangan Kamaruddin dan Suhartini ini menggagas inovasi yang mengoptimalkan nilai guna ampas sagu. Dalam kompetisi yang didukung oleh PT PLN (Persero) ini, Fahmil melihat bahwa potensi sagu di Papua cukup besar dan belum dimanfaatkan dengan baik. Di sisi lain, energi rumah tangga di Papua masih sangat terbatas, terutama yang menggunakan minyak dan gas elpigi.

Fahmil menyulap ampas sagu menjadi gel sebagai perkembangan dari bioethanol. Gel sendiri memiliki kelebihan tersendiri di masyarakat Papua dibandingkan bioethanol. Gel memiliki kelebihan yakni mudah digunakan, mudah ditransportasikan, tidak menguap, tidak mudah terbakar, dan lebih aman. Melihat potensi alam dan kondisi geografi Papua, gel ini menjadi harapan besar ke depan sebagai salah satu energi alternatif.

“Walaupun minyak dan gas di Papua disubsidi, namun harganya tetap mahal. Ditambah lagi kondisi geografi di sana juga menjadi satu kendala dalam hal transportasi,” tambah mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat yang saat ini sedang menjalankan studi di Departemen Teknik Mesin Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Fahmil menjadi penerima manfaat Pondok Inspirasi sekaligus aktif di Komunitas Inspirator Muda Pusat. Ia merasa bersyukur menjadi bagian di Pondok Inspirasi Bogor.

“Di sini kami benar-benar dibimbing untuk mendapatkan potensi kita dan benar-benar teknis. Kebetulan saya senang dengan cari-cari ide dan menulis. Alhamdulillah ini merupakan salah satu tulisan saya yang sangat membanggakan karena bisa sampai ke tahap ini,” imbuhnya.

Pondok Inspirasi Bogor menjadi salah satu wadah yang menurutnya sangat membantu mengembangkan ide dan kepenulisan. Sebelumnya, Fahmil juga masuk dalam tiga terbaik penulisan esai yang diadakan oleh Indonesian Youth Association 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement