Jumat 06 Nov 2020 19:23 WIB

Pengungsian Merapi Tetap Terapkan Protokol Kesehatan

Sekitar 35 barak pengungsian disiapkan untuk mitigasi bencana erupsi Merapi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Proses evakuasi penduduk rentan di Dusun Krinjing, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (6/11). BPBD Jawa Tengah mulai mengevakuasi penduduk rentan yang berada di dalam radius berbahaya erupsi Gunung Merapi. Lansia dan balita dievakuasi menggunakan mobil bak terbuka menuju tempat pengungsian yang lebih aman.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Proses evakuasi penduduk rentan di Dusun Krinjing, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (6/11). BPBD Jawa Tengah mulai mengevakuasi penduduk rentan yang berada di dalam radius berbahaya erupsi Gunung Merapi. Lansia dan balita dievakuasi menggunakan mobil bak terbuka menuju tempat pengungsian yang lebih aman.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Status aktivitas Gunung Merapi naik dari waspada (level II) ke siaga (level III). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mulai mengaktifkan barak-barak pengungsian sebagai antisipasi jika terjadi erupsi.

Ada sekitar 35 barak pengungsian yang disiapkan untuk mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi. Selain itu, jalur-jalur evakuasi telah disiapkan, dan penduduk kelompok rentan dan ternak di area lima kilometer sudah diungsikan.

Kepala BPBD, Joko Supriyanto mengatakan, antisipasi-antisipasi sudah dilakukan sejak lama. Mulai dari sarana dan prasarana, maupun pelatihan-pelatihan kepada masyarakat untuk melatih kesiapsiagaan jika Merapi benar-benar terjadi erupsi.

Ia menekankan, bila Gunung Merapi benar-benar terjadi erupsi, Kabupaten Sleman sudah memiliki skenario rencana kontijensi, termasuk untuk mitigasi. Kemudian, sarana dan prasarana untuk pengungsian sudah disiapkan untuk menerima pengungsi.

"Kita menyiapkan barak pengungsi untuk penetapan status siaga, kelompok rentan dan ternak perlu diungsikan sesuai SOP status siaga. Orang tua, lansia, anak kecil kecil, difabel dan ternak perlu diamankan," kata Joko, Jumat (6/11).

Selain itu, ia menuturkan, tempat-tempat wisata sudah dibatasi sesuai rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Yang mana, jarak aman status siaga yaitu lima kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Joko mengungkapkan, tempat-tempat wisata yang berjarak lima kilometer dari puncak Merapi sudah ditutup seperti Klangon, Turgo, Bunker Merapi dan Kaliadem. Untuk Sleman sendiri, BPPTKG memprakirakan tiga dusun di tiga desa masuk daerah bahaya.

Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kaliadem Lama dan Dusun Pelemsari lama. Kaliadem Lama sudah tidak ada penghuni, hanya bangunan-bangunan yang berisi ternak, dan nantinya diungsikan. Di Pelemsari, ada dua KK yang mengungsi ke rumahnya di daerah bawah.

"Di Kalitengah Lor memang ada kelompok rentan sekitar 160 orang. Nanti, semua akan diungsikan sesuai rencana kontijensi ke Barak Pengungsian Gayam, yang berkapasitas 300 orang tapi karena pandemi Covid-19 dibatasi cuma 120 orang," ujar Joko.

Sisanya, ada yang sudah punya rumah di daerah bawah dan ada yang mengungsi ke rumah keluarganya di daerah bawah yang jauh dari puncak. Meski begitu, lanjut Joko, BPBD Sleman menginventaris pengungsi yang mengungsi ke rumah keluarganya.

"Kita sudah ada data, kita tinggal memberikan logistik pangan untuk mereka yang mengungsi," kata Joko

Penerapan protokol kesehatan dilakukan pula dalam pengamatan aktivitas Gunung Merapi. Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menuturkan, selama memasuki masa pandemi koordinasi dan penyebaran informasi memang sudah disesuaikan protokol kesehatan.

"Mengenai data-data info yang kami miliki, semua sistemnya sudah online, teman-teman di BPPTKG tidak harus datang ke kantor, dari rumah pun datanya diketahui," ujar Hanik, Kamis (5/11).

Ia menerangkan, data-data dari lapangan dikirim ke pusat (BPPTKG), lalu dievaluasi petugas-petugas yang bekerja dari rumah. Menurut Hanik, evaluasi memang sudah bisa dilakukan dari rumah, sehingga informasi tetap diberikan secara cepat dan tepat.

Hanik mengungkapkan, BPPTKG sudah pula memiliki sistem siar informasi. Jadi, saat aktivitas Gunung Merapi meningkat, datanya bisa langsung diberitahukan ke kepala-kepala dusun di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yang selama ini sudah terhubung.

"Begitu ada kenaikan aktivitas, ada sesuatu yang sifatnya signifikan, kami memberikan info ke kepala-kepala dusun di KRB III. Ini strategi kami melakukan mitigasi pada saat pandemi ini," kata Hanik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement