Jumat 06 Nov 2020 13:39 WIB

Pasar Vaksin Covid-19 Bisa Mencapai Rp 142 Triliun

Beberapa perusahaan berjanji menyediakan vaksin secara nirlaba selama pandemi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Vaksin
Foto: MGIT4
Ilustrasi Vaksin

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pasar untuk vaksin Covid-19 dapat bernilai lebih dari 10 miliar dolar AS (Rp 142 triliun) untuk pendapatan tahunan perusahaan farmasi. Beberapa pembuat obat telah berjanji untuk menyediakan vaksin mereka secara nirlaba selama pandemi ini.

Perhitungan oleh analis di Morgan Stanley dan Credit Suisse mengasumsikan orang perlu divaksinasi setiap tahun, mirip dengan suntikan flu tradisional. Harga rata-rata 20 dolar AS (Rp 284 ribu) untuk dosis vaksin Covid-19.

Baca Juga

Dilansir di The Guardian, Jumat (6/11) disebutkan, harga berkisar dari 3 dolar AS per dosis hingga 37 dolar AS (Rp 42 ribu hingga Rp 525 ribu).

Analis Morgan Stanley, Matthew Harrison, pendapatan ini diperoleh perusahaan yang memproduksi vaksin covid-19 dan juga vaksin influena.

Dia memperkirakan biaya produksi vaksin 5- 10 dolar AS (Rp 71 ribu - 142 ribu) per dosis.

Besarnya pasar tergantung pada apakah orang perlu minum vaksin setiap tahun, atau lebih jarang, serta tingkat vaksinasi, dan bisa bernilai hingga 25 miliar dolar AS (Rp 355,4 triliun) setahun secara global.

Analis Credit Suisse, Evan Seigerman mengatakan bahwa pasar AS dapat bernilai 10 miliar dolar AS, berdasarkan harga vaksin Pfizer sebesar 19,50 dolar AS per dosis. Asumsinya bahwa 330 juta warga menerima masing-masing dua dosis.

Wakil presiden eksekutif perusahaan farmasi AstraZeneca, Mene Pangalos mengatakan perusahaan berharap vaksin virus corona yang dikembangkannya bersama Universitas Oxford akan efektif setidaknya selama satu tahun atau mungkin lebih lama.

Pemerintah Inggris menyediakan 84 juta pound (Rp 1,6 triliun) untuk mendanai penelitian vaksin pada bulan Mei. Sebanyak  65,5 juta pound (Rp 1,22 triliun) di antaranya digunakan untuk mendukung uji coba AstraZeneca / Oxford, dan 18,5 juta pound (Rp 345,3 miliar) untuk Imperial College, yang juga mengerjakan vaksin Covid-19.

AstraZeneca juga telah menerima dana dari pemerintah AS sebagai bagian dari kesepakatan 1,2 miliar dolar AS (Rp 17 triliun) untuk memasok 300 juta dosis. Inggris telah mendapatkan lebih dari 350 juta dosis melalui kesepakatan pasokan untuk enam vaksin Covid-19 yang berbeda.

Vaksin AstraZeneca / Oxford diharapkan menjadi salah satu yang pertama diajukan untuk persetujuan regulasi pada akhir tahun, dengan asumsi uji klinis berhasil diselesaikan.

Dalam paparan kinerja kuartalan, CEO AstraZeneca, Pascal Soriot mengatakan perusahaan telah memproduksi vaksin secara massal dan akan siap untuk memasok ratusan juta dosis mulai Januari.

AstraZeneca dan pembuat obat AS Johnson & Johnson telah berjanji untuk menyediakan vaksin mereka secara nirlaba selama pandemi ini. Tetapi yang lain, seperti Pifzer dan perusahaan biotek AS Moderna, telah mengambil sikap yang berbeda.

Moderna yang merugi, yang telah menerima hampir 1 miliar dolar AS dalam pendanaan penelitian dari pemerintah AS, ingin menjual vaksinnya hingga 37 dolar AS sekali suntikan.

AstraZeneca membebankan pemerintah 3 dolar AS hingga 5 dolar AS per dosis untuk menutupi biayanya. Negara-negara miskin akan selalu mendapatkan vaksin berdasarkan biaya, bahkan setelah pandemi selesai, kata perusahaan Inggris itu.

GSK, yang sedang mengerjakan vaksin dengan Sanofi Prancis, tidak berharap mendapat keuntungan dari vaksin selama pandemi. Dia mengatakan perusahaan akan menginvestasikan keuntungan jangka pendek dalam penelitian terkait virus corona.

Di China, Sinovac Biotech menjual vaksinnya, yang disebut CoronaVac, seharga 60 dolar AS untuk dua suntikan di beberapa kota sebagai bagian dari program penggunaan darurat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement