Jumat 06 Nov 2020 06:21 WIB

Sandiaga: Produk Kulit Olahan Garut Kualitas Internasional

Pabrik kulit olahan di Garut sekarang dapat banyak order untuk bahan sepatu TNI.

Pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno.
Foto: @sandiuno
Pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Indonesia resmi mengalami resesi ekonomi imbas pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret lalu. Hal itu berdampak langsung terhadap ekosistem pelaku usaha, baik industri besar maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Kondisi yang sama juga dirasakan industri pengolahan kulit di Desa Sukaregang, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang dikunjungi pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno pada Kamis (5/11). Di lokasi, Sandi menganggap, bisnis pengolahan kulit termasuk salah satu industri padat karya.

Maksudnya, sambung dia, industri lokal yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Sandi pun berharap, pemerintah dapat terus mendukung kalangan pengusaha, sehingga mereka dapat terus berjalan di tengah keterbatasan supaya tetap tercipta lapangan pekerjaan.saat ini.

"Industri ini harus terus didukung. Apalagi produknya sudah memiliki kualitas internasional. Tidak kalah dengan produk luar," ujar Sandiaga saat mengunjungi PT Garut Makmur Perkasa yang berlokasi di Jalan Sudirman, Kabupaten Garut pada Kamis.

Menurut Sandi, salah satu bantuan yang bisa diberikan pemerintah, berupa insentif dari sisi kebijakan maupun keringanan fiskal. Menurut dia, pemerintah perlu memberi insentif kepada para pelaku usaha, terutama bagi pelaku usaha UMKM.

Sedangkan bagi industri besar, pemerintah harus memberikan kemudahan cash flow agar likuiditas perusahaan lancar. "Dengan begitu, industri kulit bisa tetap bertahan di tengah pandemi. Jika tidak ada perhatian, akan banyak karyawan kehilangan pekerjaan," kata Sandi.

Wakil Direktur PT Garut Makmur Perkasa, Indrawan, menyampaikan, pandemi Covid-19 sangat berdampak langsung terhadap kelangsungan usaha. Penjualan usahanya menurun drastis sejak pandemi ditetapkan sebagai bencana nasional pada Maret 2020.

"Februari sampai Juni penjualan mengalami penurunan. Bahkan pada Maret kita sama sekali tak bisa menjual produk," ucap Indrawan.

Walau begitu, ia tetap berharap insentif dapat didapatkan, sehingga operasional perusahaan yang kini hanya sebesar 80 persen dari kondisi normal dapat kembali pulih. "Sekarang kami dapat banyak order untuk bahan sepatu TNI. Kami harap pandemi ini segera berakhir biar sektor ekonomi kembali bergeliat," kata Indrawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement