Kamis 05 Nov 2020 21:57 WIB

Ternyata Ini Penyebab Pertanian Tetap Tumbuh di Kuartal III

Panen raya padi kedua di sejumlah daerah masih berjalan dengan baik.

Sektor pertanian terus tumbuh positif pada Kuartal III. (ilustrasi)
Foto: banten.go.id
Sektor pertanian terus tumbuh positif pada Kuartal III. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui berbagai cara. Diantaranya dengan meningkatkan produksi pada semua sub sektor pertanian. Terutama pada tanaman pangan seperti padi, hortikukultura dan perkebunan.

Berdasarkan data BPS yang dirilis, Kamis (5/11), pertumbuhan sektor pertanian pada Kuartal III tumbuh sebesar 2,15 persen (y-on-y) atau sebesar 1,01 persen (q-to-q).

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, menjelaskan bahwa peningkatan itu terjadi karena panen raya padi kedua di sejumlah daerah masih berjalan dengan baik. Selain itu, juga dari pertumbuhan subsektor hortikultura yang dibarengi dengan peningkatan permintaan buah dan sayuran.

"Dari perkebunan juga tumbuh yang didorong oleh peningkatan permintaan luar negeri seperti komoditas kakao, karet, cengkeh dan tembakau," ujar Kuntoro, Kamis (5/11).

Sementara mengenai kontraksi sub sektor peternakan, kata Kuntoro, penyebabnya adalah penurunan jumlah pemotongan hewan kurban pada Idul Adha yang lalu, serta masih rendahnya permintaan produk  ternak untuk restoran dan perhotelan sebagai imbas pandemi Covid-19.

Meski demikian, lanjut Kuntoro, BPS mencatat bahwa nilai ekspor pertanian pada periode Januari-September 2020 mencapai 2,82 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 9,7 persen jika dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya 2,57 miliar dolar AS.

"Untuk  nilai ekspor olahan pertanian pada periode yang sama juga meningkat sebesar 18,47 miliar dolar AS atau 5,97 persen jika dibanding tahun lalu yang hanya 17,43 miliar dolar AS," katanya.

Kuntoro mengatakan, peningkatan yang terjadi juga memiliki dampak besar pada naikknya Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Juni-September masing-masing sebesar 101,66 dan 101,74, dimana angka keduanya lebih besar dari 100.

Di samping itu, Kementan memastikan bahwa kebutuhan beras hingga akhir tahun  dipastikan dalam kondisi aman dan terkendali. Kepastiam ini terlihat dari jumlah produksi beras Januari-September tahun 2020 yang mencapai 26,06 juta ton.

"Bahkan diperkirakan sampai akhir Desember 2020 produksi beras akan mencapai 31,63 juta ton atau meningkat 1 persen jika dibanding tahun sebelumnya. Dengan angka produksi tersebut maka akan ada stok di akhir tahun sebesar 7,4 juta ton," katanya.

Menurut Kuntoro, salah satu faktor pendorong terhadap capaian tersebut diantaranya adalah tingginya serapan Keredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian pada periode Januari-September 2020 yang mencapai Rp 36,95 triliun atau meningkat 24 persen jika dibanding periode yang sama di tahun 2019.

"Sekali lagi, ini membuktikan bahwa pertanian merupakan sektor tulang punggung bagi perekonomian nasional," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement