Kamis 05 Nov 2020 16:55 WIB

Telkom Bukukan Kenaikan Laba di Kuartal III

Kenaikan laba terjadi di tengah menurunnya pendapatan Telkom di kuartal III

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Gita Amanda
Telkom
Foto: Telkom Indonesia
Telkom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) membukukan kenaikan laba di kuartal III 2020. Berdasarkan laporan keuangan Telkom, laba yang dapat diatribusikan pada entitas pemilik perseroan mencapai Rp 16,67 triliun.

Perolehan tersebut tumbuh tipis 1,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 16,45 triliun. Kenaikan laba ini terjadi di tengah menurunnya pendapatan perseroan di kuartal III 2020.

Baca Juga

Pada periode tersebut, Telkom membukukan pendapatan sebesar Rp 99,94 triliun atau turun 2,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 102,63 triliun. Pendapatan TLKM ini mayoritas disumbang dari segemen data, internet, dan jasa teknologi informatika.

Secara yoy, segmen ini mampu berkontribusi sebesar Rp 56,45 triliun terhadal total pendapatan perseroan. Raihan tersebut tumbuh sebesar 36,88 persen secara yoy dari tahun lalu yang hanya Rp 41,24 triliun. Di sisi lain, pendapatan dari segmen telepon turun drastis 28,76 persen dari Rp 21,25 triliun menjadi Rp 15,13 triliun.

Kalangan analis menilai fundamental kinerja emiten berkode saham TLKM sangat kuat, seiring pertumbuhan yang baik. Selain itu, berbagai sentimen luar negeri seperti pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) turut menjadi sentimen positif bagi perseroan.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memproyeksikan IHSG pada akhir tahun bisa menyentuh 5.300, ditopang  hasil pemilihan Presiden AS dan uji coba klinis vaksin Covid-19 yang berhasil. Menurut Hans, TLKM bisa menjadi pilihan karena harganya yang sudah terkoreksi dalam namun memiliki fundamental yang baik.

Sementara itu, dalam risetnya, Ellen May Trade (EMTrade) menilai saham TLKM memiliki beberapa sentimen positif, sehingga layak dikoleksi. Pertama, peningkatan bisnis digital Telkomsel sebesar 13,5 persen menjadi Rp 31,9 triliun. Kedua, mesin pertumbuhan IndiHOME, yang pada semester I-2020 berhasil tumbuh 19 persen secara year on year.

"IndiHOME sebagai fixed broadband sudah menjangkau 496 dari 514 kota/kabupaten. Posisi IndiHOME masih sangat kuat dibandingkan pesaingnya," tulis EMTrade.

Selain itu, aksi Telkom yang melego 6.050 unit menara ke Mitratel senilai Rp10,3 triliun juga menjadi sentimen positif. Kebijakan tersebut akan otomatis menambah modal Telkom untuk semakin meningkatkan ekspansi bisnis utamanya yakni telekomunikasi digital.

EMTrade pun merekomendasikan buy saham TLKM pada rentang harga Rp 2.550-2.700 dengan upside kenaikan sebesar 27-60 persen. "TLKM masih kuat sebagai leader di sektor komunikasi. Kami percaya TLKM masih prospek untuk masa depan karena kebutuhan internet terus tumbuh," tulis EMTrade dalam risetnya tersebut.

Berdasarkan data, saat ini saham TLKM diperdagangkan dengan PE Ratio di kisaran 14x yang merupakan posisi terendah dalam 5 tahun terakhir. Rata-rata PE ratio dalam 5 tahun terakhir di kisaran 19,7x. Dengan harga penutupan per 3 November 2020 di Rp 2.580,  saham Telkom menawarkan potensi dividend yield di atas 5,5 persen dengan asumsi dividend per share relatif stabil di kisaran Rp 150 per lembar.

Sementara itu, SVP Corporate Communications & Investor Relations Ahmad Reza mengatakan, beberapa lini usaha Telkom seperti Telkomsel, IndiHOME, enterprise dan wholesale, terus mengalami pertumbuhan yang kuat. Di segmen layanan data, ruang pertumbuhan bisnis Telkoseml masih cukup baik dan memberikan kontribusi sekitar 70 persen terhadap pendapatan Telkomsel dan terus meningkat.

 

"Pendapatan dari mobile data diproyeksikan akan terus tumbuh, didorong oleh kenaikan trafik data. Konsumsi mobile data pelanggan Telkomsel masih relatif rendah sekitar 8GB/bulan, dibandingkan Thailand atau India sekitar 15GB per bulan. Saat ini, pertumbuhan trafik data Telkomsel sekitar 40 persen," jelas Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement