Kamis 05 Nov 2020 14:39 WIB

Masuki Resesi, KSP: Indonesia Sudah Lampaui Titik Terendah

Prioritas pemerintah adalah menjaga laju pertumbuhan sehingga perbaikan tercapai.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Kepala BPS Suhariyanto saat memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga secara virtual, Kamis (5/11).
Foto: Tangkapan Layar BPS
Kepala BPS Suhariyanto saat memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga secara virtual, Kamis (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Staf Presiden (KSP) menyebut, perekonomian Indonesia terus mengalami perbaikan. Kendati masih mencatatkan angka minus, kontraksi ekonomi yang terjadi pada kuartal III ini lebih baik dibanding kuartal II lalu. KSP melihat kondisi ini sebagai sinyal pemulihan ekonomi. 

Tenaga Ahli Utama Kedeputian III KSP Edy Priyono mengungkapkan, ekonomi Indonesia masih tumbuh positif 5,05 persen secara kuartalan. Ia sendiri tak menampik bahwa pertumbuhan PDB pada kuartal III masih minus 3,49 persen. Namun ia meminta masyarakat melihat adanya perbaikan yang terjadi sepanjang kuartal III ini. 

Baca Juga

Edy pun memandang bahwa Indonesia sudah melampaui titik terendah perlambatan ekonomi dan mulai beranjak maju. Menurutnya, prioritas pemerintah saat ini adalah terus menjaga laju pertumbuhan sehingga perbaikan bisa dicapai di kuartal IV 2020. 

Menurut Edy, strategi pemerintah merancang sejumlah program dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai langkah yang tepat. Selain itu, pemerintah terus mendorong belanja sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan PDB. Jor-joran belanja pemerintah dianggap cukup ampuh dalam mendongkrak kinerja ekonomi pada kuartal III ini. 

"Fakta ini menjadi catatan positif karena sesuai dengan prinsip 'counter cyclical', artinya ketika perekonomian lesu, belanja pemerintah menjadi andalan untuk mendorong perekonomian," ujar Edy dalam keterangan tertulisnya, Kamis (5/11). 

Selain belanja pemerintah yang terus digencarkan, jurus lain yang perlu dilakukan adalah konsumsi rumah tangga yang juga harus diperbaiki. Menurutnya, masyarakat kelompok ekonomi menengah ke atas perlu lebih banyak 'spending' alias belanja. 

"Selama ini mereka diduga banyak menempatkan uangnya sebagai tabungan. Pemerintah perlu mendukung dengan menegakkan aturan tentang protokol kesehatan/Covid. Karena kelompok menengah-atas hanya akan mau keluar dan berbelanja (secara fisik) jika merasa aman," kata dia. 

Edy juga menambahkan, perbaikan kinerja ekonomi Indonesia juga sejalan dengan pemulihan yang terjadi di negara lain. Berdasarkan data BPS, ada negara yang pertumbuhan ekonominya di kuartal III 2020 lebih baik daripada Indonesia, seperti China (4,9 persen), Taiwan (3,3 persen), Vietnam (2,62 persen). 

Sementara Korea dan Amerika Serikat juga sedikit lebih baik daripada Indonesia, meskipun pertumbuhannya pada kuartal III 2020 juga masih negatif, yakni minus 1,3 persen untuk Korea dan minus 2,9 persen untuk AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement