Kamis 05 Nov 2020 06:44 WIB

Pasar Saham Goyah karena Ketidakpastian Pemilu AS

Investor menanti hasil dari persaingan ketat dalam pilpres AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Wall Street
Foto: AP Photo/Richard Drew
Wall Street

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pasar saham dan kontrak berjangka (future) Amerika Serikat (AS) mengalami gejolak pada Rabu (4/11). Hal ini terjadi karena dunia sedang menunggu hasil dari persaingan ketat di negara-negara bagian yang akan menentukan hasil pemilihan presiden AS.

Pasar sempat tersentak, tapi segera memulih ketika Presiden Donald Trump membuat klaim kemenangan yang prematur pada pagi hari di White House. Sampai dengan pukul 6 pagi Eastern Time, Trump dan penantangnya dari Demokrat, Joe Biden, masih menunggu hasil perhitungan suara dri beberapa negara bagian utama.

Baca Juga

Sebagian besar jajak pendapat telah memproyeksikan kemenangan Biden. Banyak investor menilai, blue wave (gelombang biru) atau kemenangan Partai Demokrat, akan membawa dampak positif ke ekonomi AS. Tapi, para analis menyebutkan, investor bisa saja goyah dengan prospek kelanjutan kepemimpinan Trump yang dinilai pro pasar.

Stephen Innes dari Axi menjelaskan, pasar tampaknya melihat peluang lebih besar untuk Trump. "Di satu sisi, implikasi fiskal dari kemenangan Biden akan sedikit mengejutkan. Di sisi lain, Trump sudah banyak dianggap sebagai pro pasar, jadi orang-orang bisa melihat sisi positifnya," ujarnya, seperti dilansir di AP News, Rabu.

Indeks kontrak berjangka Dow futures tercatat turun 0,1 persen setelah sempat jatuh 1,5 persen pasca pengumuman prematur Trump. Kontrak berjangka S&P 500 aik 0,6 persen, setelah turun 1,1 persen.

Dalam perdagangan Eropa, DAX Jerman pulih dari kerugian awal, naik 0,1 persen. Di Paris, CAC 40 naik 0,4 persen, sementara FTSE Inggris naik 0,3 persen.

Di Asia, Nikkei 225 Tokyo naik 1,7 persen, sedangkan Kospi di Seoul naik 0,6 persen. Sensex India naik 0,9 persen, sementara S&P/ASX 200 di Sydney harus kehilangan 0,1 persen. Hang Seng di Hong Kong juga turun 0,2 persen. Shanghai Composite Index naik, meski tipis, 0,2 persen.

Dinamika ini juga sempat terjadi pada pemilu 2016. Pasar keuangan dunia terguncang karena hasil menunjukkan Trump yang mengungguli Hillary Clinton. S&P 500 merosot pada pagi hari berikutnya, namun tetap berakhir 1,1 persen lebih tinggi.

Pada kali ini, para pelaku pasar menantikan untuk melihat apakah pemilu kali ini akan kembali membawa Trump ke kursi pemimpin atau Biden akan membawa pemerintahan AS bekerja lebih terbuka dengan negara lain dalam menghadapi berbagai masalah internasional.

Banyaknya warga Amerika yang melakukan pemilihan lebih awal menggambarkan, hasil pemilu tidak akan diketahui selama berhari-hari. Hal ini akan menimbulkan lebih banyak ketidakpastian di pasar yang sudah dilanda serangan volatilitas karena dinamika pandemi virus corona.

Analis di bank UBS, Kiran Ganesh, menjelaskan, pasar keuangan membenci ketidakpastian. "Jika kita terus mengalami ketidakpastian, kita akan terus melihat indeks yang jatuh, volatilitas tetap tinggi," tuturnya.

Sejarah menunjukkan, saham akan cenderung naik, terlepas dari siapapun yang akan mengendalikan White House. Tapi, investor sangat menantikan pemenang yang jelas dari pemilihan ini.

Susunan Senat menjadi hal lain yang akan mempengaruhi pasar. Tapi, dari semua faktor yang ada, banyak investor profesional mengatakan, poin terpenting saat ini adalah kebijakan pemerintah terhadap pandemi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement