Selasa 03 Nov 2020 21:26 WIB

Ekonom UI Prediksi PDB Kuartal Ketiga Bisa Minus 3,9 Persen

Pemulihan daya beli yang masih terbatas menjadi faktor utama ekonomi masih tertekan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga Penelitian Ekonomi Manajemen (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada zona negatif, yaitu antara 3,9 persen hingga 2,8 persen, pada kuartal ketiga. Pemulihan daya beli yang masih terbatas dan tekanan eksternal menjadi faktor utama ekonomi masih tertekan pada periode Juli sampai September ini.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyebutkan, munculnya kembali gelombang kedua dan ketiga pandemi Covid-19 di beberapa negara yang sudah pulih menyebabkan tekanan eksternal pada ekonomi Indonesia. Khususnya dari kinerja perdagangan.

Baca Juga

Apabila permintaan global terus turun, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/ CAD) akan tetap berada di antara 1,2 persen hingga 1,5 persen dari PDB pada kuartal ketiga dan untuk keseluruhan tahun 2020. Pada kuartal kedua, level CAD sudah mencapai 2,9 miliar dolar AS atau setara dengan 1,2 persen dari PDB.

"Cukup dapat dipastikan bahwa perekonomian masih akan mengalami tekanan… dengan demikian, kami perkirakan, pertumbuhan PDB kuartal ketiga akan di wilayah negatif, diperkirakan mencapai -3,9 persen hingga -2,8 persen," ujar Riefky dalam rilis analisis makroekonomi Indonesia Economic Outlook yang dikutip Selasa (3/11).

Di sisi lain, masyarakat masih menahan konsumsi hingga ke tingkat pra pandemi. Tanda-tanda perbaikan daya beli masih terbatas, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan, sampai ada keyakinan batas akhir krisis kesehatan ini.

Rendahnya angka inflasi juga menegaskan, permintaan agregat masih berada pada level terendah. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Senin (2/11), tingkat inflasi Oktober berada di level 0,07 persen, sehingga inflasi secara tahunan berada di level 1,44 persen (year on year/ yoy).

Tidak hanya sampai akhir kuartal ketiga, Riefky memproyeksikan, perekonomian masih mengalami tekanan hingga akhir tahun. LPEM FEB UI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara full year 2020 berada pada rentang minus 2,2 persen hingga minus 0,9 persen.

Selama masa sulit ini, Riefky menekankan, fokus dan implementasi strategi penanggulangan virus akan sangat berperan penting dalam kondisi perekonomian Indonesia. Hal ini sudah dibuktikan oleh banyak negara yang sudah terlebih dahulu mengalami akselerasi pemulihan. "Tidak mungkin mencapai pemulihan ekonomi tanpa pemulihan kesehatan," katanya.

Apabila krisis kesehatan telah ditangani dan strategi pemulihan melalui stimulus moneter dan fiskal telah dilaksanakan secara efektif, LPEM FEB UI memperkirakan, pertumbuhan PDB akan kembali ke wilayah positif  pada 2021. Bahkan, levelnya diyakini dapat mencapai level pra-pandemi, yaitu di rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement