Selasa 03 Nov 2020 20:14 WIB

Anies: Efek Libur Panjang Terhadap Kasus Covid Belum Ada

Namun, Anies mengaku adanya peningkatan signifikan lalu lintas Jakarta sejak Senin.

Rep: Antara, Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, belum terlihat efek libur panjang terhadap peningkatan kasus Covid-19 di Ibu Kota. Namun, ia mengaku adanya peningkatan signifikan lalu lintas Jakarta.

"Kalau satu sampai dua hari ini belum ada (peningkatan pemeriksaan Covid-19 ) yang khusus (akibat libur panjang)," ujar Anies di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (3/11).

Baca Juga

Anies menyebutkan, bahwa untuk bisa mengetahui efek dari libur panjang, diperlukan waktu beberapa hari dari akhir libur panjang dan bukannya hanya melihat hasil dari satu-dua hari saja. Meski demikian, Anies mengakui bahwa ada peningkatan signifikan dari lalu lintas Jakarta sejak Senin (2/11) yang menandakan adanya pergerakan masyarakat dalam jumlah tidak sedikit setelah libur panjang.

Mengantisipasi peningkatan Covid-19, Anies telah menginstruksikan Gugus Tugas Covid-19 di tingkat RW dan para lurah untuk memandu masyarakat yang mengalami gejala Covid-19 untuk lapor dan dilakukan pemeriksaan ke Puskesmas.

"Bila ada orang-orang yang memiliki keluhan maka akan dipandu untuk bisa segera ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan awal. Jadi itu untuk deteksinya," ujarnya.

Anies juga menjamin kesiapan fasilitas isolasi bagi pasien Covid-19 dengan kapasitas keterisian ruang rawat inap isolasi pasien virus corona sebesar 55 persen. Sehingga, masih ada 45 persen ruangan yang masih tersedia.

"Untuk ICU 58 persen tingkat keterisiannya, tentu kita ga berharap ini melonjak tapi kami tegaskan bahwa kapasitasnya ada," tutur Anies.

Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), efek dari cuti dan libur panjang 28 Oktober-1 November 2020 baru bisa diketahui sepekan mendatang.

"Masa inkubasi Covid-19 itu lima sampai tujuh hari. Jadi, sepekan lagi baru bisa kelihatan terjadinya peningkatan kasus Covid-19," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar IDI Slamet Budiarto saat dihubungi Republika, Selasa (3/11).

Slamet menilai, kini tren kasus Covid-19 masih fluktuatif, bahkan belum diketahui kapan puncaknya. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah jangan lengah dan tetap melakukan pengawasan karena kasus Covid-19 masih naik turun.

Ia juga berharap pemerintah meningkatkan kapasitas alat kesehatan yang mendukung terapi pengobatan Covid-19 seperti ventilator dan obat seperti Remdesivir, Avigan, hingga Tamiflu. Sementara, untuk melindungi dokter yang menangani Covid-19 yaitu dengan tetap mendukung penyediaan alat pelindung diri (APD).

"Sekarang masyarakat jauh lebih peduli. Jadi, saya kira mungkin kasusnya tidak naik, kalaupun naik jumlahnya sedikit," katanya.

photo
Angka Kesembuhan Covid-19: Jakarta Juaranya - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement