Senin 02 Nov 2020 21:31 WIB

Mendagri Prancis Bahas Keamanan dengan Tunisia dan Aljazair

Kekhawatiran atas keamanan dan imigrasi meningkat di Prancis setelah serangan di Nice

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Polisi Prancis berjaga di dekat Gereja Notre Dame di Nice, selatan Prancis, Kamis, 29 Oktober. Presiden Prancis Emmanuel Macron menambah hingga 7.000 tentara untuk berjaga usai serangan pisau yang menewasakn tiga orang, Kamis.
Foto: Eric Gaillard/Pool via AP
Polisi Prancis berjaga di dekat Gereja Notre Dame di Nice, selatan Prancis, Kamis, 29 Oktober. Presiden Prancis Emmanuel Macron menambah hingga 7.000 tentara untuk berjaga usai serangan pisau yang menewasakn tiga orang, Kamis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin akan mengunjungi Tunisia dan Aljazair akhir pekan ini. Ia akan membahas masalah keamanan dengan mitra-mitradi sana, kata Darmanin kepada saluran televisi BFM TV, Senin.

Kekhawatiran atas keamanan dan imigrasi meningkat di Prancis setelah serangan senjata tajam yang berakibat fatal di sebuah gereja di Nice pekan lalu. Kepala jaksa antiterorisme Prancis mengatakan pria yang diduga melakukan serangan Nice adalah seorang warga yang lahir di Tunisia pada 1999 dan tiba di Eropa pada 20 September di Lampedusa, pulau Italia di lepas pantai Tunisia.

Baca Juga

Lampedusa merupakan pulau terbesar di Kepulauan Pelagie dan terletak 205 kilometer dari Sisilia dan 113 kilometer dari Tunisia.

Sebelumnya, seorang penyerang dengan meneriakkan "Allahu Akbar" memenggal kepala seorang perempuan dan membunuh dua orang lainnya dalam sebuah gereja di Nice, Kamis (29/10). Insiden itu merupakan aksi teror mematikan kedua dalam dua pekan terakhir yang kemungkinan didorong oleh paham garis keras.

Pelaku penyerangan, seseorang yang berasal dari Tunisia dan berusia 21 tahun, ditembak oleh polisi dan saat ini masih berada dalam kondisi kritis di rumah sakit. Sejumlah penyelidik di Italia juga membantu investigasi aparat penegak hukum di Prancis, khususnya terkait kegiatan tersangka dan orang-orang yang ia hubungi di Pulau Sisilia.

Para penyelidik meyakini tersangka sempat tinggal di Sisilia setelah menyeberang dari Lampedusa ke Bari pada awal Oktober dengan menggunakan sebuah kapal yang biasanya dipakai untuk mengarantina para pengungsi, kata beberapa sumber.

Tersangka juga diyakini mendapat surat peringatan untuk keluar dari Italia dalam waktu sepekan, kata sumber yang sama. Para penyelidik masih mencari kemungkinan tersangka sempat tinggal di Kota Alcamo, Sisilia, selama 10 hari, kata beberapa narasumber.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement