Senin 02 Nov 2020 21:03 WIB

China Larang Kendaraan dengan Mesin Konvensional pada 2035

China menargetkan bisa menekan emisi pada 2035.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Mobil Listrik
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Mobil Listrik

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Beberapa negara berkomitmen untuk lebih berpihak pada kendaraan yang dianggal lebih ramah lingkungan. Dilansir dari Electrive pada Senin (2/11), salah satu negara yang berkomitmen untuk lebih berpihak pada EV adalah China.

Bahkan, negara itu akan resmi melarang penjualan kendaraan internal internal combustion engine (ICE) pada 2035. Kebijakan itu sendiri merupakan rangkaian program yang tercakup dalam ‘Energy-saving and New Energy Vehicle Technology Roadmap 2.0’ . Roadmap itu disusun oleh Kementerian Industri dan TEknologi Informasi Cina yang didukung oleh ribuan ahli dari Society of Automotive Engineers (SAE).

Baca Juga

Dengan program ini, maka diharapkan jalanan di Cina akan didominasi oleh kendaraan ramah lingkungan baik itu kendaraan hybrid, fuell cell maupun EV berbasis baterai. Ditargetkan, roadmap ini mampu menekan emisi hingga 20 persen pada 2035.

Saat ini, porsi kendaraan ramah lingkungan di Cina sendiri menyumbang porsi sekitar 5 persen. Mayoritas, kendaraan ramah lingkungan itu merupakan EV yang menggunakan baterai sebagai satu-satunya sumber energi.

Selain China, Selandia Baru pun jadi salah satu negara yang juga memberikan perhatian terhadap kendaraan ramah lingkungan. Mengingat, Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern memutuskan untuk mengganti kendaraan dinasnya dengan mobil listrik.

Dilansir dari Car Advice pada Kamis (29/10), sebelumnya, Jacinda Ardern menggunakan BMW 7 Series dengan mesin diesel. Kini, ia memutuskan untuk menggunakan Audi e-Tron demi dapat membuktikan bahwa EV merupakan sebuah kendaraan yang tangguh dan fungsional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement