Senin 02 Nov 2020 20:44 WIB

MDMC Sarankan Keluarga Ikut Urus Jenazah Covid-19

Komunikasi dan sosialisasi harus dibangun sebaik mungkin dengan keluarga korban

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
Petugas medis yang mengenakan APD lengkap mengangkat peti berisi jenazah pasien positif COVID-19 menuju lokasi pemakaman, (ilustrasi).
Foto: Antara/Ampelsa
Petugas medis yang mengenakan APD lengkap mengangkat peti berisi jenazah pasien positif COVID-19 menuju lokasi pemakaman, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis kepercayaan masyarakat kepada tim medis terkait penanganan jenazah korban Covid-19 dinilai terus menguat. Hal ini dibuktikan dengan maraknya kasus pengambilan jenazah secara paksa maupun pembongkaran makam jenazah Covid-19 yang terjadi di sejumlah daerah.

Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Budi Setiawan, menyarankan agar keluarga korban meninggal akibat Covid-19 ikut dilibatkan dalam proses pengurusan jenazah. Hal ini dilakukan agar kedepannya kepercayaan masyarakat kepada tim medis tidak kian menyurut.

Baca Juga

"Libatkan masyarakat dalam proses pengurusan jenazah, bisa saat mensholatkan atau melibatkan mereka (keluarga dan masyarakat) saat menyiapkan liang kuburnya," kata Budi dalam webinar dengan bertema 'Pemulasaran Jenazah Karena Covid-19' yang digelar Satgas Covid-19 MUI pada Senin (2/11).

Menurutnya, ketidakpercayaan masyarakat kepada tim medis dalam pengurusan jenazah bisa dimaklumi. Mengingat masyarakat Muslim meragukan kelayakan pengurusan jenazah yang dilakukan tim medis.

 

"Banyak masyarakat itu ragu, apakah jenazah keluarganya sudah dipenuhi hak-haknya sebagai jenazah, dan apakah sudah sesuai belum dengan syariah tajhizul janazah (pengurusan jenazah)," ujarnya.

Budi berpendapat, selain untuk meningkatkan kepercayaan terlebih kepada tim medis, keikutsertaan keluarga dalam proses pengurusan jenazah adalah hak yang juga harus dipenuhi. Asalkan tetap memenuhi standar protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19.

"Keluarga boleh melihat jenazah dengan jarak minimal 3 meter, dengan catatan tidak menyentuh secara langsung," jelasnya.

Ia mengatakan, supaya keterlibatan masyarakat dalam pengurusan jenazah tidak menjadi klaster baru penularan Covid-19, hendaknya ada komunikasi dan sosialisasi yang dibangun sebaik mungkin dan mendetail kepada keluarga korban. Budi juga mendorong diadakannya pelatihan pengurusan jenazah sesuai syariat Islam yang disesuaikan dengan fatwa MUI untuk para relawan.

"Agar dalam proses tajhizul janazah bagi korban meninggal Covid-19 bisa terpenuhi hak-haknya sebagai jenazah," kata Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement