Senin 02 Nov 2020 16:21 WIB

Bill Gates: Kita Tidak Akan Kembali Normal Meski Vaksin Sudah Ada

Bill Gates: Kita Tidak Akan Kembali Normal Meski Vaksin Sudah Ada

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Bill Gates: Kita Tidak Akan Kembali Normal Meski Vaksin Sudah Ada. (FOTO: Bankrate)
Bill Gates: Kita Tidak Akan Kembali Normal Meski Vaksin Sudah Ada. (FOTO: Bankrate)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Miliarder Bill Gates telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mengembangkan vaksin melalui yayasan filantropinya, Bill & Melinda Gates Foundation. Meski kemungkinan akan ada cukup vaksin Covid-19 untuk bisa menjadikan dunia lebih baik, namun Gates mengatakan bahwa kita masih tidak akan kembali normal.

"Kami harus mendapatkan lebih dari 70 persen populasi yang divaksinasi saat itu untuk benar-benar menekan jumlahnya, dan selama penyakit ini ada di mana pun di dunia, kemungkinan infeksi ulang akan selalu ada," katanya dikutip dari Yahoo Finance di Jakarta, Senin (2/11/2020).

Baca Juga: Menyambut Vaksin Corona di Depan Mata, Ini Vaksin Andalan Bill Gates!

Tapi bisa jadi sulit. Gates mengatakan banyak orang telah mulai memutar teori konspirasi berbahaya tentang vaksin potensial.

"Gelombang cerita liar tentang vaksin, bahwa itu adalah konspirasi yang didasarkan pada niat jahat, sering kali merujuk pada diri saya sendiri atau Dr. [Anthony] Fauci - itu adalah elemen baru yang liar yang tidak saya duga," katanya.

Apabila orang-orang bertanya apakah memakai masker dan vaksinasi cukup untuk menghentikan pandemi, Gates berharap setidaknya 30% dari populasi dunia akan melakukan hal itu. Hal ini lantaran vaksin bermanfaat untuk orang lain, tak hanya kepada dirinya.

Salah satu pendiri Microsoft ini mengatakan penting untuk terhubung dengan negara-negara miskin dan memastikan vaksin juga didistribusikan di sana.

Pakar penyakit menular AS, Anthony Fauci, mengatakan kepada All Markets Summit bahwa AS masih mengalami gelombang pertama yang panjang.

"Saya melihatnya lebih sebagai gelombang memanjang - dan eksaserbasi dari - gelombang pertama yang asli," katanya.

"Kami mulai melihat puncak yang membawa kami ke sekitar 70.000 per hari ... Sekarang saat kami memasuki cuaca dingin, kami kembali ke kondisi terburuk yang pernah kami alami, yaitu lebih dari 80.000 per hari." tambahnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement