Senin 02 Nov 2020 10:25 WIB

IPB Apresiasi Satu tahun Kinerja Mentan SYL

Kajian IPB memperlihatkan satu tahun Kementan mampu tingkatkan PDB Pertanian

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Arif Satria mengapresiasi hasil kinerja Satu tahun kementerian pertanian (kementan) di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL). Berdasarkan hasil kajian dari IPB, pada tahun 2019 sampai 2020 terlebih di tengah pandemi Covid 19 sektor pertanian mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Petani (NTP) dan Ekspor Produk Pertanian dan penyerapan tenaga di sektor pertanian tinggi.
Foto: Kementan
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Arif Satria mengapresiasi hasil kinerja Satu tahun kementerian pertanian (kementan) di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL). Berdasarkan hasil kajian dari IPB, pada tahun 2019 sampai 2020 terlebih di tengah pandemi Covid 19 sektor pertanian mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Petani (NTP) dan Ekspor Produk Pertanian dan penyerapan tenaga di sektor pertanian tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Arif Satria mengapresiasi hasil kinerja Satu tahun kementerian pertanian (kementan) di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL). Berdasarkan hasil kajian dari IPB, pada tahun 2019 sampai 2020 terlebih di tengah pandemi Covid 19 sektor pertanian mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), Nilai Tukar Petani (NTP) dan Ekspor Produk Pertanian dan penyerapan tenaga di sektor pertanian tinggi.

Arif menjelaskan kontribusi PDB semula 12,09 persen pada tahun 2019 naik menjadi menjadi 15,01 persen tahun 2020. Khusus subsektor tanaman pangan semula 21,63 persen naik menjadi 25,82 persen.

“Jika dibanding sektor lain, sektor pertanian dapat menjadi penyelamat bagi pembangunan nasional. Sesuai data BPS, mampu tumbuh sekitar 2,22 persen saat masa krisis seperti sekarang. Pertama empower of last resource dan kedua penyelamat kinerja ekspor,” demikian dikatakan Arif pada Acara Evaluasi Kinerja Pertanian di Bogor, kemarin Ahad (1/11).   

Untuk produktivitas beras secara tegas Arif berpendapat bahwa produksi beras dibandingkan negara-negara di ASEAN tidak beda jauh. Produktivitas beras Indonesia sebesar 5,24 ton per hektar masih diatas Thailand sebesar 3,33 ton per hektar dan Vietnam sedikit lebih tinggi yakni 5,42 ton per hektar.

Arif menambahkan selain produktivitas beras yang bagus, peningkatan PDB ini dikarenakan keberhasilan sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan oleh Kementan. Ia mencatat serapan KUR tahun 2019 sebesar Rp 31 Triliun dan saat ini sudah Rp 44 Triliun hingga Oktober 2020 sehingga ini prestasi yang belum pernah ada sebelumnya.

“Yang paling penting lainnya adalah dukungan kebijakan fiskal dan koordinasi secara teknis yang dibangun Kementerian Pertanian dengan kementerian lainnya. Kebijakan fiskal yang dimaksudnya adalah kebijakan rasio untuk substitusi impor. Misal, para pengimpor terigu harus menyerap bahan baku lokal,” cetusnya.

Lebih lanjut Arif menyebutkan kurun waktu satu tahun kinerja Kementan, juga memberikan hasil yang bagus terhadap kinerja ekspor pangan. Dalam periode 2016-2018, pangsa ekspor pertanian mengalami penurunan dari 18,49 persen menjadi 16,19 persen, namun di era pandemi pangsa ekspor justru mengalami peningkatan menjadi 17,77 persen setara dengan 20,82 miliar dolar AS tahun 2020 (Januari September).

“Subsektor perkebunan masih merupakan andalan utama ekspor dengan nilai 19,25 milIar USD pada tahun 2020 (Januari September). Subsektor tanaman pangan pun memberikan devisa dari ekspornya dengan kecenderungan meningkat dari 170,91 juta dolar AS pada tahun 2019 menjadi 183.53 Juta dolar AS Tahun 2020 (Januari-September),” sebutnya.

Keberhasilan selanjutnya, lanjut Arif, sektor pertanian masih menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja, dimana subsektor tanaman pangan mendominasi penyerapan tenaga kerja pertanian diikuti subsektor perkebunan. Begitu juga daya beli petani, dimana berdasarkan data BPS, NTP periode Januari-September 2020 sebesar 101,66 atau naik 0,99 persen dan NTUP periode ini naik 0,90 persen.

“Untuk NTP, BPS perlu mengkaji ulang metode perhitungan selama ini. Walaupun angka NTP naik, angka itu masih bisa lebih tinggi karena perhitungan yang sekarang hanya digambarkan indeks yang diterima petani dibandingkan dengan indeks yang dibayarkan, hanya berkisar 98 sampai 103. Ini tidak menggambarkan kesejahteraan secara riil,” tuturnya.

“Seharusnya perhitungan dengan mengalikan indeks produksi atau disebut Income Term of Trade, contoh konkritnya petani mampu membeli motor, traktor, dan memperbaiki rumah, ini artinya petani memiliki kemampuan membayar yang relatif bagus,” pinta Arif.

Ditempat yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengucapkan terimakasih atas apresiasi pihak IPB atas kinerja satu tahun Kementan. Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membantu pemerintah guna memajukan sektor pertanian, yakni pendampingan program Kementan di tingkat lapang dan banyak hal-hal seperti kajian-kajian dan Inovasi yang dilakukan perguruan tinggi, khususnyan IPB yang dapat dimanfaatkan Kementan. 

“Kemajuan sektor pertanian ini bisa berhasil jika semua lini seperti perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah untuk turun mensukseskan program dari Kementan. Dengan diskusi seperti ini pemerintah (Kementan) mendapat masukan-masukan positif dan membangun” tegasnya. 

Sebelumnya, Mentan SYL menegaskan memasuki satu tahun kinerja Kabinet Indonedia Maju, Kementan terus berupaya meningkatkan sinergitas dan kinerja sektor pertanian untuk meningkatkan perekonomian nasional. Menurutnya, momentum ini harus dijadikan pelecut untuk terus berakselerasi dan bekerja lebih keras lagi dalam memajukan sektor pertanian.

"Kita harus perkuat konsepsi dan pertajam program-program yang sudah berjalan. Apa yang kita capai satu tahun ini adalah kerja keras kita semua. Saya tidak dapat berhasil tanpa bantuan dan kerja keras dari seluruh stakeholder yang ada," tutur Komandan, sapaan akrab SYL.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement