Senin 02 Nov 2020 08:13 WIB

Pengembangan Fintech, BRI Siapkan Dana Rp 1,5 Triliun 

Pada 2022 BRI berharap transaksi nasabah dapat bergeser dari konvensional ke digital.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi Bank BRI
Foto: dok. Republika
Ilustrasi Bank BRI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berupaya mengembangkan ekosistem digital sebagai bagian dari transformasi digital. Salah satunya, perseroan bekerja sama dengan beberapa perusahaan financial technology atau fintech, seperti Investree dan Linkaja.

Direktur Digital Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo mengatakan bahwa perseroan telah membangun kapabilitas fintech secara internal, seperti BRIAPI, Pinang, dan Ceria. Pengembangan kapabilitas fintech juga dilakukan BRI pada anak perusahaan, yakni BRI Ventures. 

Baca Juga

“Saat ini, BRI menyiapkan dana hingga Rp 1,5 triliun untuk melakukan investasi ke fintech melalui BRI Ventures,” ujarnya kepada wartawan, Senin (2/11).

Menurutnya, perseroan telah mengalokasikan sekitar empat persen dari total pendapatan perusahaan untuk belanja modal dalam rangka akselerasi transformasi digital, termasuk di dalamnya membangun kapabilitas fintech.

“Secara garis besar, kami menyiapkan sekitar tiga hingga empat persen dari total revenue BRI untuk melakukan transformasi digital,” ucapnya.

Indra menyebut, perseroan menerapkan dua strategi inisiatif dan inovasi, yakni digitize dan digital. Melalui digitize, BRI mengeksploitasi dari bisnis yang ada dengan memanfaatkan teknologi supaya lebih efisien dan produktif. 

“Strategi digital, terkait menciptakan produk dengan fokus pada customer centric, inovasi dan customer experience yang lebih baik,” ucapnya.

Ke depan, melalui kerja sama dengan fintech dan membangun kapabilitas digital, BRI berharap, pada 2022 mayoritas transaksi nasabah dapat bergeser dari konvensional ke digital. Tren pergeseran nasabah ke digital tersebut sudah terlihat sejak pandemi Covid-19, yakni terjadi percepatan transaksi melalui berbagai saluran digital. 

“Sebagai contoh, periode Januari-Maret 2020, tercatat transaksi internet banking BRI melonjak 61 persen dan transaksi melalui mesin electronic data captured (EDC) naik 21 persen,” ucapnya.

Menurutnya, melalui layanan digital, BRI mempu mencatat efektivitas dalam pengajuan dan penyaluran kredit. Dalam hal ini, nasabah yang tadinya membutuhkan waktu dua pekan, kini menjadi lebih singkat, yakni hanya dua menit. 

“BRI sudah menerapkan proses yang fully digital, salah satunya menggunakan biometrik,” ucapnya.

Pada masa pandemi saat ini, menurut Indra, BRI juga mengoptimalkan pengembangan BRIBrain sebagai upaya BRI membantu pemulihan ekonomi masyarakat. BRIBrain merupakan terobosan teknologi digital yang dimiliki BRI, yakni platform yang menyimpan, memproses, dan mengonsolidasikan informasi dari berbagai aliran data. 

“Dengan terobosan ini, BRI dapat meluncurkan produk-produk digital baru yang telah disempurnakan dan menjadi produk digital terdepan segmennya. Saat ini, BRIBrain dimanfaatkan untuk semua produk digital lending BRI, di antaranya, Pinang, Ceria, dan KUR e-commerce,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement