Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Pancasila, Dasar Negara yang tak Boleh Diganti

Ahad 01 Nov 2020 11:10 WIB

Red: Gita Amanda

Pancasila merupakan dasar negara yang tak boleh diganti.

Pancasila merupakan dasar negara yang tak boleh diganti.

Generasi muda harus mampu menjadi agen keutuhan NKRI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi Partai Nasdem MPR RI Taufiq Basari mengingatkan,   Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri di atas kesepakatan, yang dibangun secara bersama oleh seluruh golongan dan kelompok masyarakat yang ada saat itu. Karena itu kesepahaman bersama, tersebut harus senantiasa dipupuk suburkan, agar langgeng, tidak gampang dirusak oleh siapapun.  

"Kesepakatan mendirikan NKRI, ini harus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali generasi muda. Bahkan, generasi muda harus mampu menjadi agen keutuhan NKRI, dengan selalu mempererat persatuan dan kesatuan juga menghalau masuknya Ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," Kata Taufiq Basari menambahkan dalam siaran pers.

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikan Taufiq Basari saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dihadapan masyarakat Desa Setu, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Sosialisasi Empat Pilar, itu terselenggara berkat  kerjasama MPR dengan Komunitas Merah Putih Perumahan Puri Serpong 1, Tangsel. Acara tersebut berlangsung di kompleks perumahan Puri Serpong 1 Tangsel Sabtu (31/10). Tema yang dibahas pada acara itu adalah  Implementasi Nilai-nilai Pancasila Untuk Restorasi Indonesia.

Sebelum merdeka, kata Taufiq  Indonesia berbentuk suku-suku bangsa, kelompok masyarakat dan kerajaan. Kelompok-kelompok komunitas masyarakat, itu hidup  secara bersama dengan peran masing masing. Lalu, datanglah utusan dagang dari Belanda. Semula, niat mereka hanyalah untuk  berdagang, tapi kemudian memonopoli perdagangan dan melakukan penjajahan.

"Hidup di bawah penjajahan itu ternyata tidak nyaman. Karena itu tumbuhlah kesadaran untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Namun, perjuangan mereka melepaskan diri dari penjajahan selalu gagal lantaran perjuangan yang dilakukan bersifat sektoral," kata Taufiq menambahkan.

Setelah berkali-kali gagal, maka timbullah kesadaran kolektif, mereka berjuang bukan untuk kelompoknya sendiri-sendiri, tetapi untuk kepentingan bersama. Kesadaran kolektif para pendiri bangsa, ini muncul bersamaan dengan lahirnya politik etik yang digagas pemerintah Belanda. Salah satu kesadaran kolektif, itu muncul dalam bentuk Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Sumpah Pemuda melihat bahwa keberagaman suku bangsa, bahasa, adat istiadat, agama, dan ras yang dimiliki bangsa Indonesia  adalah kekayaan. Perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia harus dijaga dan dilestarikan. Karena keberagaman, itu bukan untuk memecah belah, tapi untuk mempersatukan.

"Sejak itu muncullah kebesaran jiwa dikalangan para pendiri bangsa untuk saling berkorban demi kepentingan yang lebih besar," kata Taufiq lagi.

Salah satu bukti pengorbanan dan kesepakatan yang ditunjukkan para pendiri bangsa adalah diterimanya Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila yang lepas dari  tujuh kata dalam Piagam Jakarta, seperti yang ditemukan saat ini, merupakan bentuk pengorbanan yang harus terus ditumbuh kembangkan dan selalu dilestarikan di bumi Indonesia. Pancasila hasil pengorbanan dan kesepakatan besar para pendiri bangsa, itu tidak boleh diganti dengan ideologi dan dasar negara apapun.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler