Ahad 01 Nov 2020 02:10 WIB

Alexander Zverev Bantah Lakukan Kekerasan Terhadap Sharypova

Petenis Jerman Alexander Zverev membantah tuduhan kekerasan terhadap Olga Sharypova.

Alexander Zverev dari Jerman.
Foto: EPA-EFE/SASCHA STEINBACH
Alexander Zverev dari Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petenis Jerman Alexander Zverev membantah tuduhan tindakan kekerasan terhadap Olga Sharypova yang merupakan mantan pacarnya.

Sharypova (23) menuduh Zverev mencoba membekapnya dengan bantal dan membenturkan kepalanya ke dinding sebuah kamar hotel di New York pada Agustus 2019, tak lama sebelum dimulainya turnamen Grand Slam US Open. Dia kemudian melarikan diri dari kamar tanpa alas kaki karena khawatir akan keselamatannya.

Baca Juga

Sharypova pertama kali merinci tuduhan itu di akun Instagramnya pada Kamis. Ia kemudian melaporkan hal tersebut pada sebuah laman berita olahraga Rusia, yang dilansir Reuters, Sabtu.

Sharypova tidak menghubungi polisi dengan alasan masih mencintai Zverev dan tidak ingin menimbulkan masalah untuknya. Atas laporan tersebut, petenis Jerman itu membantah tuduhan tersebut dalam sebuah unggahan di Twitter, menyebutnya sebagai "tuduhan tidak berdasar."

"Kami sudah saling kenal sejak kecil dan berbagi banyak pengalaman bersama. Saya sangat menyesal dia membuat pernyataan seperti itu karena tuduhan itu tidak benar,"

"Kami pernah menjalin hubungan, tapi itu sudah lama berakhir. Mengapa Olga membuat tuduhan seperti itu sekarang, saya tidak tahu. Saya sangat berharap kami berdua menemukan cara untuk menyelesaikannya secara baik-baik," Zverev menuliskan.

Di sisi lain, Sharypova mengatakan bahwa dia merasa perlu berbicara, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk kepentingan perempuan lainnya.

"Saya tidak ingin mengatakan bahwa dia adalah orang jahat. Saya hanya mengatakan bahwa dia melakukan hal yang buruk kepada saya. Sejumlah besar gadis menderita kekerasan dan pelecehan dari pria dan tidak menceritakan kisah mereka kepada siapa pun. Beberapa takut, beberapa hanya menerimanya, yang lain tidak dapat membicarakan topik ini,"

"Sungguh menyakitkan bahwa di abad ke-21 kita masih belum sampai pada kesimpulan bahwa perempuan juga manusia. Kita harus dihormati, tidak diperlakukan seperti kain pel," pungkas Sharypova.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement