Sabtu 31 Oct 2020 16:42 WIB

'Kenaikan Kasus Kemarin-Kemarin karena Demonstrasi Juga'

Kenaikan kasus memang dipicu adanya perilaku tak taat protokol atau perkumpulan massa

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Agus Yulianto
Petugas mengecek spesimen tes usap PCR di Labkesda Kota Depok, Jawa Barat.
Foto: Prayogi/Republika
Petugas mengecek spesimen tes usap PCR di Labkesda Kota Depok, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, IDI: JAKARTA -- Ketua Satgas IDI Prof Zubairi Djoerban mengatakan, jumlah testing spesimen harian memang penting dan bisa ditingkatkan jumlahnya. Namun demikian, dirinya merasa senang dengan jumlah kasus positif harian yang turun menjadi di bawah 3 ribu akhir-akhir ini.

"Alhamdulillah saat ini ada penurunan kasus. Yang penting bukan hanya jumlah testing, tapi juga tingkat persentasenya," kata dia kepada Republika, Sabtu (31/10).

Jika menilik ke belakang, menurut dia, kenaikan kasus memang dipicu adanya perilaku tidak taat protokol atau perkumpulan massa besar. Salah satunya adalah aksi demonstrasi.

"(Kemarin) menurut saya, (kasus) naik itu karena ada demonstrasi saja," katanya.

Oleh sebab itu, dirinya meminta agar protokol atau anjuran para ahli mengenai Covid-19 yang telah dibahas di manapun, bisa ditaati masyarakat. Pemerintah, kata dia, juga sebaiknya bisa mendisiplinkan dan mengawasi masyarakat lebih baik.

"Cuci tangan, pakai masker, pakai face shield juga kalau bisa," katanya. 

Dia melanjutkan, Jakarta memang selalu dianggap dengan kasus harian tertinggi. Padahal, itu bukan masalah selama tes yang dilakukan juga tinggi. Bahkan, dari data, kata dia, dalam sepekan terakhir kasus positif di Jakarta turun dibanding rata-rata Indonesia.

"Jadi jakarta sekarang sekali tes persentasenya dari 9-10, sedangkan daerah lain selalu di atas 13 persen. Bahkan, beberapa waktu lalu, positivity rate-nya hampir 20 persen," kata dia.

Dia menambahkan, jumlah testing yang sempat turun, sebenarnya juga tidak menjadi masalah. Jika, tingkat persentasenya terus menurun.

Namun demikian, dia tak menampik, jumlah testing di Indonesia yang masih terbatas. Padahal, dengan jumlah penduduk yang mencapai 274 juta jiwa, testing masih bisa ditingkatkan di Indonesia.

"Di Indonesia, jumlah memungkinkan saat ini itu 30-50 ribu (tes spesimen) per hari," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement