Sabtu 31 Oct 2020 15:00 WIB

Jokowi Ikut Kecam Macron yang Hina Islam

Jokowi menilai pernyataan Macron memecah belah persatuan antarumat beragama

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Presiden Jokowi
Foto: Dokumentasi: Sekretariat Negara RI
Presiden Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghina agama Islam. Pernyataan ini disampaikan Jokowi seusai melakukan pertemuan dengan para pemuka agama, termasuk MUI, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) pada Sabtu (31/10).

Jokowi melihat, pernyataan Macron telah melukai hati umat Muslim di seluruh dunia dan memecah-belah persatuan antarumat beragama. Padahal, menurutnya, persatuan sedang diperlukan untuk melawan pandemi Covid-19.

"Indonesia mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia, yang bisa memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19," ujar Jokowi dalam keterangan pers, Sabtu (31/10).

Selain mengecam Presiden Prancis, Jokowi juga mengecam aksi kekerasan Paris dan Nice, Prancis  yang telah memakan korban jiwa. Jokowi berpandangan, kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan kesucian serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan.

"Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme sebuah kesalahan besar. Terorisme adalah terorisme. Teroris adalah teroris. Terorisme tidak ada hukum dengan agama apapun," ujar Jokowi.

Presiden pun mengajak masyarakat dunia untuk mengedepankan persatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik.

Seperti diketahui, ketegangan di Prancis memuncak ketika terjadi aksi pemenggalan kepala seorang guru yang sempat menyajikan kartun Nabi Muhammad SAW. Aksi lanjutan pun terjadi, termasuk pembunuhan sadis juga terjadi di sebuah gereja pada Kamis (29/10).

Respons pemerintah Prancis pun semakin memperkeruh keadaan. Sebuah masjid bahkan telah ditutup menyusul penangkapan beberapa kelompok Muslim yang dianggap ekstremis oleh pemerintah, dan bahkan menyarankan mengosongkan rak-rak makanan berlabel halal di supermarket. Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin menyebut Muslim Prancis sebagai musuh dari dalam.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga bersumpah terus melawan separatisme Islam. Pernyataan-pernyataan kontroversial itu mendapatkan reaksi keras dari beberapa negara Muslim, sedangkan penduduk Muslim Prancis sendiri masih berada dalam kebingungan. Muslim Prancis tanpa kecuali mengutuk kekerasan aksi keji tersebut, tetapi mereka juga takut dicap sebagai teroris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement