Kamis 29 Oct 2020 09:19 WIB

India Kecam Twitter Soal Sengketa Peta dengan China

Ketua panel parlemen India menuduh Twitter tak hormati kedaulatan India

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Foto yang disediakan oleh Biro Informasi Pers India (PIB) menunjukkan Perdana Menteri India Narendra Modi  dan pejabat tinggi militer India di Leh, Ladakh, India, 03 Juli 2020. Modi mengunjungi Angkatan Darat, Angkatan Udara dan personil Polisi Perbatasan Indo-Tibet. Bulan lalu 20 personil tentara India, termasuk seorang kolonel, tewas dalam bentrokan dengan pasukan Cina di Lembah Galwan di wilayah Ladakh timur.
Foto: EPA-EFE/INDIA PRESS INFORMATION BUREAU
Foto yang disediakan oleh Biro Informasi Pers India (PIB) menunjukkan Perdana Menteri India Narendra Modi dan pejabat tinggi militer India di Leh, Ladakh, India, 03 Juli 2020. Modi mengunjungi Angkatan Darat, Angkatan Udara dan personil Polisi Perbatasan Indo-Tibet. Bulan lalu 20 personil tentara India, termasuk seorang kolonel, tewas dalam bentrokan dengan pasukan Cina di Lembah Galwan di wilayah Ladakh timur.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Ketua panel parlemen India menuduh platform media sosial Twitter tidak menghormati kedaulatan India, Rabu (28/10) waktu setempat. Hal itu karena peta data di Twitter menunjukkan wilayah India merupakan bagian dari China.

Namun Twitter mengakui kesalahan tersebut dan mengeklaim sudah menyelesaikan masalah dengan cepat. Eksekutif Twitter muncul di hadapan Komite Bersama RUU Perlindungan Data Pribadi untuk menjelaskan kesalahan yang terungkap pada pekan lalu dan sudah menyelesaikannya.

Baca Juga

Namun, ketua komite Meenakshi Lekhi dari Partai Bharatiya Janata mengatakan penjelasan Twitter tidak memadai. "Twitter yang menyatakan menghargai sensitivitas (masalah) itu tidak memadai. Ini masalah kedaulatan dan integritas India," katanya kepada Reuters.

"Menampilkan Ladakh sebagai bagian dari China merupakan pelanggaran pidana," ujarnya menambahkan.

Seperti diketahui, India dan China memiliki sejarah perang di perbatasan pada 1962. Keduanya terkunci dalam pertikaian militer di sepanjang perbatasan Himalaya yang diperebutkan, yang mencakup wilayah Ladakh.

Ketika beberapa orang menandai unggahan mereka sedang berada di Ladakh, Twitter malah menunjukkan bahwa wilayah itu berada di China. Wilayah itu diklaim sepenuhnya oleh musuh bebuyutan India dan Pakistan, sementara China mengeklaim sebagian di timur yang dikkal sebagai Aksai Chin.

"Masalah geo-tagging baru-baru ini diselesaikan dengan cepat oleh tim kami," kata juru bicara Twitter menanggapi pernyataan Lekhi.

"Kami berkomitmen untuk keterbukaan, transparansi seputar pekerjaan kami, dan akan tetap berhubungan secara rutin dengan pemerintah untuk berbagi pembaruan tepat waktu," ujarnya menambahkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement