Rabu 28 Oct 2020 08:46 WIB

Eks Dubes: Nagorno-Karabagh Daerah Sunyi Senyap

Orang-orang Azerbaijan di Nagorno Karabagh banyak memilih untuk mengungsi.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah
Pemandangan kendaraan setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020. Penembakan baru telah dilaporkan dalam pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan, melanggar gencatan senjata akhir pekan dalam konflik atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh. Pertempuran berkecamuk selama lebih dari tiga minggu.
Foto: AP/STR
Pemandangan kendaraan setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020. Penembakan baru telah dilaporkan dalam pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan, melanggar gencatan senjata akhir pekan dalam konflik atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh. Pertempuran berkecamuk selama lebih dari tiga minggu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie menggambarkan daerah Nagorno-Karabagh yang saat ini menjadi wilayah sengketa Azerbaijan dan Armenia sebagai kota senyap. Sejak wilayah yang diakui PBB milik Azerbaijan itu diduduki Armenia, jutaan penduduk setempat telah mengungsi ke daerah lain lebih aman.

Husnan bahkan menggambarkan daerah tersebut sebagai wilayah yang mengerikan untuk ditinggali. Saat ini, hanya sekitar 200 orang asli Azerbaijan saja yang masih bertahan di Nagorno-Karabagh.

 

"Nagorno-Karabagh menjadi daerah sunyi senyap, orang asli Azerbaijan tidak lebih dari 200 orang, sementara yang lain pergi ke daerah yang aman. Saya sudah datang ke tempat pengungsian, ada hampir dua juta pengungsi Azerbaijan dari Nagorno itu. Jadi sudah tidak ada kehidupan di kota itu, suasananya mengerikan," jelas Husnan, Selasa (28/10).

 

Sekitar 30 tahun tentara Armenia menduduki Nagorno-Karabagh, Husnan mengatakan tidak ada pembangunan yang dilakukan kepada wilayah tersebut. "Bertahun-tahun oleh Armenia,  kalau dijajah ya mbok dibangun, dijadikan apa itu, tapi ternyata nggak," katanya.

 

Husnan yang juga merupakan pakar Hubungan Internasional juga menyayangkan berbagai pemberitaan tidak benar terkait konflik dua negara tersebut. Tidak jarang Azerbaijan disalahkan atas serangan-serangan yang sebenarnya dimulai oleh Armenia.

 

"Saya ingat betul, ketika waktu Isya sekitar jam 20.00 malam, itu ada roket terbang ke Tofus, itu ke kota orang lagi tidur habis shalat Isya, istirahat. Besok pagi saya lihat berita, judulnya Azerbaijan menyerang Armenia. Padahal jelas-jelas Tofus itu adalah kota di Azerbaijan," ungkapnya.

 

Selama Husnan berada di sana, ia menyimpulkan Azerbaijan adalah negara dengan sejarah panjang peradaban manusia.  Negara ini merupakan persimpangan banyak peradaban manusia, yang juga merupakan tempat kelahiran Nabi Nuh A.S, serta tempat bangsa Selatan dan Timur berjalan menuju ke Eropa (Utara). 

 

“Indonesia akan terus mendukung perjuangan rakyat Azerbaijan dan meminta kepada Armenia, untuk sepakat memberhentikan peperangan konflik," katanya.

Baca Juga

Advertisement
Berita Lainnya