Selasa 27 Oct 2020 22:20 WIB

RMI PBNU Ingatkan 3 Pintu Masuk Covid ke Pesantren

Terdapat tiga celah masuknya Covid-19 ke pesantren yang harus diwaspadai.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah santri Pondok Pesantren Darul Ulum mengikuti pemeriksaan kesehatan di GOR Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (17/10/2020). Pemeriksaan kesehatan yang diikuti ratusan santri tersebut digelar sebagai upaya deteksi dini terhadap penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Sejumlah santri Pondok Pesantren Darul Ulum mengikuti pemeriksaan kesehatan di GOR Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (17/10/2020). Pemeriksaan kesehatan yang diikuti ratusan santri tersebut digelar sebagai upaya deteksi dini terhadap penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Satuan Koordinasi Covid-19 Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI) PBNU, Ulun Nuha, menyampaikan ada tiga pintu masuk virus corona ke pesantren. 

Pertama ialah santri yang baru tiba di pesantren sehingga diperlukan screening yang ketat. Kedua adalah warga pesantren yang beraktivitas di luar lingkungan pesantren sehingga harus dibatasi. 

Baca Juga

"Tetapi jika terpaksa ke luar pesantren, harus disiplin protokol kesehatan," kata dia dalam Focus Group Discussion (FGD) virtual bertajuk 'Siasat Pesantren Menghadapi Covid-19' yang digelar Republika.co.id bersama Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (27/10).

Pintu masuk ketiga, terang Ulun, yaitu orang luar yang masuk ke dalam lingkungan pesantren. Untuk mencegah penularan, harus ada pembatasan dan membuat protokol kunjungan dengan membatasi waktunya, jaga jarak 2 meter, tanpa ada kontak fisik, pakai masker, dan tidak makan bersama.

Ulun juga menyampaikan, sejauh ini ada 67 pesantren di bawah RMI yang terpapar Covid-19. Dia pun menyadari, sebagian besar pesantren belum siap menjalankan protokol pencegahan Covid secara disiplin. 

Ketika ada indikasi kasus, sebagian besar pesantren belum siap melakukan mitigasi karena keterbatasan pengetahuan dan akses fasilitas kesehatan. 

"Sebagian besar juga belum pernah mendapatkan sosialisasi dalam bentuk apapun dari siapapun. Maka kita mulai nge-gas pelatihan di awal Agustus setiap hari. Dan hari ini sudah lebih dari 760 pesantren yang kita latih, belum lagi pesantren yang menyaksikan lewat youtube dan sebagainya," ujarnya.  

Strategi yang dilakukan RMI, terang Ulun, di antaranya dengan terus mengedukasi melalui semua kanal terutama ulama atau ormas otoritatif, dan membuat satuan koordinasi di tingkat kabupaten/kota yang melibatkan pemerintah dan pesantren. "Kemudian membuka akses terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan," ujar dia.

Namun, Ulun mengakui, ada tantangan yang dihadapi untuk mencegah penularan di pesantren. Misalnya terbatasnya akses terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan, terhambatnya komunikasi dengan pemangku kepentingan pesantren, stigma aib terhadap orang terpapar corona, dan maraknya hoaks. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement