Selasa 27 Oct 2020 19:03 WIB

Analisis Perkembangan Anak Usia Dini dan Instrumen ECDI 2030

Komitmen pemerintah dalam pembangunan manusia terlihat dari program PAUDHI

Indonesia sangat berkomitmen untuk melaksanakan agenda pembangunan berkelanjutan dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk dapat mencapai target-target pembangunan nasional agar sejalan dengan target capaian tujuan pembangunan berkelanjutan secara global.
Foto: istimewa
Indonesia sangat berkomitmen untuk melaksanakan agenda pembangunan berkelanjutan dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk dapat mencapai target-target pembangunan nasional agar sejalan dengan target capaian tujuan pembangunan berkelanjutan secara global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Indonesia sangat berkomitmen untuk melaksanakan agenda pembangunan berkelanjutan dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk dapat mencapai target-target pembangunan nasional agar sejalan dengan target capaian tujuan pembangunan berkelanjutan secara global. 

Salah satu wujud komitmen pemerintah dalam bidang pembangunan manusia adalah dengan dicanangkannya program nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUDHI). Program ini sejalan dengan Target SGD 4.2, yaitu "Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pengasuhan, pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas, sehingga mereka siap untuk menempuh Pendidikan dasar". 

Selain itu, peraturan Presiden nomor 60 tahun 2013 tentang PAUDHI mengamanatkan agar semua pihak, lintas kementerian lembaga dan kalangan non pemerintah bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan esensial anak usia dini dalam hal pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan dan perlindungan serta kesejahteraan sosial baik di tingkat nasional maupun daerah. 

Sebagai upaya untuk melihat status pembangunan anak usia dini, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 telah mengumpulkan data "Proporsi anak usia 36-59 bulan yang berkembang dengan baik dalam bidang kesehatan, pembelajaran, dan psikososial", atau dikenal dengan Indeks Perkembangan Anak Usia Dini atau ECDI (Early Childhood Development Index). Indikator ini merupakan Indikator SDG 4.2.1, yang diadopsi dari modul global ECDIyang dikumpulkan di banyak negara melalui survei Multiple Indicator Cluster Survey atau MICS. 

Pada tahun 2020, atas dukungan Tanoto Foundation, Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan UNICEF melakukan analisa terhadap data ECDI dengan memanfaatkan data Riskesdas 2018 yang terintegrasi dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018. Hasil analisis disajikan oleh BPS dalam acara Peluncuran Analisis Perkembangan Anak Usia Dini Indonesia 2018 dan Instrument ECDI2030, pada tanggal 20 Oktober 2020.

Dalam acara tersebut, Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan "BPS selalu berkomitmen untuk mendukung agenda nasional pembangunan berkelanjutan melalui pendataan dan analisis capaian pembangunan yang diukur dengan berbagai indikator SDG. Dengan adanya analisis dan laporan ECDI 2018 ini, kita semua dapat merefleksikan sejauh mana perkembangan pembangunan manusia Indoneisa, khususnya dalam kaitan dengan persiapan generasi muda". Hasil analisis terhadap data ECDI 2018 menunjukan bahwa ada sekitar 88.3 persen anak usia 36-59 bulan di Indonesia yang telah berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan di usia mereka. Angka ini sudah cukup bagus karena ternyata tidak jauh berbeda dengan capaian perkembangan anak usia dini di negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. Namun tentu saja capaian ini masih perlu ditingkatkan di masa datang melalui kerja sama semua pihak, tidak hanya dari pemerintah namun juga dari sektor swasta atau sektor filantropis. 

Walaupun, modul ECDI standar global ini baru dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2018, namun dalam tataran global, modul ECDI terbaru (ECDI2030) baru saja diluncurkan oleh UNICEF dalam pertemuan Komisi Statistik PBB (UN Statistical Commision) ke 51 di New York pada awal tahun 2020 ini. Oleh karena itu BPS, melalui Program Kerjasama dengan UNICEF, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta didukung oleh Tanoto Foundation, juga akan melakukan ujicoba modul yang baru ini; sebelum dilaksanakan pengumpulan datanya secara nasional. Ini merupakan implementasi dari komitmen BPS dalam mengumpulkan data yang berkualitas dan  sesuai dengan standar global, sehingga data capaian pembangunan berkelanjutan dibandingkan dengan negara-negara lain sesuai dengan semangat SDGs.

Jika modul ECDI 2030 dapat dilaksanakan pada tahun 2021, maka Indonesia akan menjadi negara pertama yang mengadopsi dan melaksanakan modul ini dalam survei nasional. "UNICEF sangat bangga dengan komitmen BPS dan mengapresiasi dukungan dari Tanoto Foundation dalam proses adaptasi ECDI2030 ini. Semoga instrumen ini dapat dilaksanakan dalam survei nasional mulai tahun depan, sehingga perencanaan pembangunan dalam sektor anak usia dini bisa dilakukan dengan berbasiskan data capaian perkembangan anak usia dini yang sesuai dengan indikator SDG.", harapan ini dikemukakan oleh Debora Comini, Perwakilan UNICEF untuk Indonesia. 

Sejalan dengan hal tersebut, Eddy Henry selaku Head of ECED Tanoto Foundation menyampaikan "Tanoto Foundation menaruh perhatian yang besar pada pembangunan anak usia dini dalam kerangka SDGs. Dengan adanya laporan analisa ECDI 2018 dan tersedianya instrument ECDI2030, kami percaya pembangunan generasi bangsa Indonesia akan lebih terukur dan terarah". 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement