Senin 26 Oct 2020 19:12 WIB

Penjualan Kendaraan Astra Meningkat di Kuartal Ketiga

Penjualan mobil Astra meningkat menjadi 53 ribu unit, dari 9.700 unit pada kuartal II

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja segmen bisnis otomotif Grup Astra pada kuartal ketiga mulai menunjukkan kinerja yang positif setelah mengalami kerugian bersih pada kuartal kedua. Perbaikan kinerja ini terjadi seiring dilonggarkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

"Volume penjualan meningkat menyusul pelonggaran penerapan langkah-langkah penanggulangan pandemi," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, Senin (26/10).

Djonny mengakui bisnis otomotif Grup Astra cukup terdampak dengan pemberlakukan PSBB. Pembatasan aktivitas tersebut telah menyebabkan penutupan sementara pabrik dan dealer Grup Astra pada kuartal kedua. 

Pada kuartal ketiga tahun 2020, penjualan mobil Astra meningkat menjadi 53 ribu unit, dari 9.700 unit pada kuartal kedua. Pada tahun ini, Grup masih meluncurkan 13 model baru dan 15 model revamped. 

Sedangkan penjualan sepeda motor Astra meningkat menjadi 849 ribu unit, dari 244 ribu unit pada kuartal kedua. Sebanyak empat model baru dan sembilan model revamped telah diluncurkan.

Namun selama sembilan bulan pertama tahun ini, laba bersih segmen otomotif Grup Astra menurun 70 persen menjadi Rp 1,8 triliun. Ini mencerminkan penurunan volume penjualan yang signifikan sepanjang periode tersebut. 

Penjualan mobil Astra pada periode sembilan bulan pertama tahun ini menurun 51 persen menjadi 192.400 unit. Sementara penjualan Astra atas sepeda motor Honda menurun 38 persen menjadi 2,3 juta unit. 

Selain itu, bisnis komponen otomotif Grup dengan kepemilikan 80 persen, PT Astra Otoparts Tbk (AOP), mencatatkan rugi bersih sebesar Rp243 miliar. Raihan tersebut turun drastis dibandingkan laba bersih sebesar Rp512 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini utamanya disebabkan oleh penurunan pendapatan dari segmen pabrikan (OEM/original equipment manufacturer), pasar suku cadang pengganti (REM/replacement market) serta segmen ekspor.

Secara keseluruhan, Djony menjelaskan, kinerja Grup Astra selama sembilan bulan pertama tahun 2020 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terutama akibat dari pandemi Covid-19, meskipun Neraca keuangan Grup tetap kuat. 

Pendapatan bersih konsolidasian Grup pada sembilan bulan pertama tahun 2020 sebesar Rp 130,3 triliun, menurun 26 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Laba bersih, setelah memasukkan keuntungan dari penjualan saham Bank Permata, sebesar Rp14,0 triliun, menurun 12 persen dibandingkan dengan sembilan bulan pertama tahun 2019. 

Tanpa memasukkan keuntungan dari penjualan tersebut, laba bersih Grup menurun 49 persen menjadi Rp 8,2 triliun, terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, dan jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 dan penerapan langkah-langkah penanggulangannya, serta penurunan harga batu bara.

Nilai aset bersih per saham pada 30 September 2020 sebesar Rp 3.822, meningkat 5 persen dari nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2019. Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, mencapai Rp 4,4 triliun pada 30 September 2020, dibandingkan utang bersih sebesar Rp 22,2 triliun pada akhir tahun 2019, setelah diterimanya hasil penjualan saham Bank Permata pada bulan Mei 2020.

Menurut Djony, pandemi Covid-19 ke depannya masih akan mempengaruhi kinerja Grup. "Pandemi ini, dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya, diperkirakan masih akan berlanjut untuk beberapa waktu mendatang dan masih akan memengaruhi kinerja Grup hingga akhir tahun ini," kata Djony. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement