Senin 26 Oct 2020 16:08 WIB

MUI: Emanuel Macron Harus Belajar Toleran Kepada Merkel

Emanuel Macron Harus Belajar Toleran Kepada Angela Merkel

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidatonya untuk menyampaikan strateginya melawan separatisme di Les Mureaux, di luar Paris, 02 Oktober 2020.
Foto: EPA-EFE/LUDOVIC MARIN
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan pidatonya untuk menyampaikan strateginya melawan separatisme di Les Mureaux, di luar Paris, 02 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paca pembunuhan atas seorang guru Prancis akibat ulahnya mempertontonkan gambar Nabi Muhammad SAW, Presiden Macron  kebanjiran kritik dari umat islam dunia karena ia menganggap bahwa bahwa umat islam perlu belajar toleransi saat berada di negara yg anti intoleransi seperti Prancis.

"MUI menilai bahwa Macron secara tak langsung telah mendukung gerakan Islamphobia. Bahkan kecaman beliau terhadap pelaku pembunuhan atas wartawan Tabloid Charlile Habdo telah menempatkan Macron sebagai pemimpin Eropa yang mendulang tumbuh suburnya gerakan Islamophobia,'' Dr.H.Muhyiddin Junaidi,MA (Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI), dalam rilisnya kepada Republika.co.id (26/10).

Padahal, lanjutnya, Prancis adalah salah satu kolonialis dunia yang sgt rasialis dan kejam atas warga jajahan mereka di dunia, terutama benua Afrika. Tak aneh jika reaksi atas sikap Macron dari dunia islam cukup keras dimana beliau diminta untuk menarik pernyataannya.

Beberapa negara di Timur tengah sdh mengancam akan melakukan embargo terhadap produk Prancis. Dalam hal ini Macron hrs belajar banyak ttg toleransi beragama, terutama Islam. Kebebasan tanpa batas dan melawan norma justeru akan mengakibatkan kegaduhan dan kekacauan,'' ujarnya.

MUI minta kepada Menlu agar segera memanggil Dubes Prancis untuk Indonesia guna mendapatkan klarifikasi dan penjelasan komprihensif terkait sikap Pernyataan Presiden Macron .

Masyarakat muslim dunia sangat geram dan menyesalkan sikap Macron .Apalagi pengungkitan kasus Charlie Habdo di tengah Pandemic covid -19. Ia seyogyanya belajar banyak dari kolega Jermannya, Merckel yang cukup dewasa dalam bersikap dan menghargai perbedaan sudut pandang di negara yang sangat heterogen,'' tegas Muhyidin.

Bagi Indonesia, tegasnya, akibat pernyataan Macron tentang Islam dan umat islam dapat menjadi sarana pemicu di banyak kasus kekerasan di dunia, terutama jika umat islam mayoritas. Ini sgt berbahaya seakan menyamakan Islam agama kekerasan dan intoleran.

"Padahal pertumbuhan Muslim converts di kalangan warga Prancis dari etnis kulit putih terus bertambah  dimana rata rata  Pertahun lebih dari 20 000 org. 8 juta muslim Prancis punya andil besar dalam membangun negara tersebut. Para pemain sepak bola muslim Prancis telah berkontribusi besar kepad abangsa dan negara Prancis, ''  kata Muhyidin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement