Ahad 25 Oct 2020 20:29 WIB

Rusia Kirim Armada Militer untuk Republik Afrika Tengah

Rusia telah mengirim kendaraan pengintai lapis baja dan kendaraan patroli BRDM-2

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera Rusia
Foto: forbes.com
Bendera Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia telah mengirim kendaraan pengintai lapis baja dan kendaraan patroli BRDM-2 ke Republik Afrika Tengah. Duta Besar Rusia untuk Republik Afrika Tengah (CAR), Vladimir Titorenko, mengatakan, dalam waktu dekat Moskow akan kembali mengirimkan armada militer ke Bangui, Sabtu (24/10).

"Hari ini 10 kendaraan BRDM-2 telah diangkut ke CAR, itu adalah batch kedua dari kendaraan yang dikirim Rusia tahun ini," kata Titorenko, dikutip dari Sputnik.

Baca Juga

Titorenko menambahkan, upacara penyerahan armada tersebut dihadiri oleh presiden, menteri pertahanan, kepala staf angkatan darat, menteri dalam negeri, dan komando angkatan bersenjata CAR. Presiden Faustin-Archange Touadera memeriksa semua kendaraan dan menyapa awak pesawat yang membawanya.

Pada 15 Oktober, pesawat kargo Angkatan Udara Rusia An-124 Ruslan tiba di Bangui dengan 10 kendaraan pengintai dan patroli lapis baja BRDM-2 di dalamnya."Saat ini, kami berbicara tentang mengkonsolidasikan pelatihan angkatan bersenjata CAR, jadi ada permintaan (yang relevan) dari menteri pertahanan negara, dan, kemungkinan besar, masalah ini akan dipertimbangkan dalam waktu dekat," kata Titorenko.

Selain itu, hubungan hangat CAR dan Rusia semakin diperkukuh dengan kunjungan Perdana Menteri CAR, Firmin Ngrebada, ke Moskow pada Sabtu. Dia melakukan kunjungan kerja selama empat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi bilateral.

Perdana menteri akan mengadakan banyak pertemuan dengan anggota pemerintah Rusia, Wakil Menteri Luar Negeri dan Perwakilan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Afrika, Mikhail Bogdanov. Pertemuan akan dilanjutkan secara terpisah bersama Asosiasi Kerja Sama Ekonomi dengan Negara-negara Afrika.

CAR masih memulihkan diri dari kebuntuan yang meletus antara angkatan bersenjata dan militan pada 2013. Setelah enam tahun konflik, Presiden CAR, Touadera, yang sekarang dalam masa jabatan keduanya, dan perwakilan dari kelompok pemberontak menandatangani sebuah kesepakatan damai bertujuan untuk menghentikan konflik sipil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement