Sabtu 24 Oct 2020 19:34 WIB

Osteoporosis Bukan Hanya Disebabkan Kekurangan Kalsium

Osteoporosis bisa disebut sebagai silent disease karena menyerang secara diam-diam.

Senam pencegahan osteoporosis secara virtual. Ilustrasi
Foto: RS Azra
Senam pencegahan osteoporosis secara virtual. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk dr Karina Besinga SpOT (K) mengatakan penyakit osteoporosis bukan hanya disebabkan kekurangan kalsium pada tubuh. Ada faktor penyebab lainnya.

"Pasien sering bertanya, susu apa yang harus diminum untuk mengatasi osteoporosis. Padahal osteoporosis bukan (hanya) disebabkan kekurangan kalsium, ada kondisi lain yang perlu diperbaiki," ujar Karina dalam webinar di Jakarta, Sabtu (24/10).

Dia menambahkan yang perlu diperhatikan adalah memperbanyak gerak, olahraga yang cukup, dan paparan matahari yang juga cukup.

Pemenuhan kalsium tidak hanya bisa dilakukan dengan meminum susu. Melainkan juga bisa dengan mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang kaya akan kalsium seperti alpukat, anggur, nanas, dan lainnya.

Karina menambahkan mengonsumsi obat-obatan jenis steroid pada beberapa penyakit seperti autoimun, ginjal, hati, paru, bahkan hipertiroid dapat meningkatkan risiko osteoporosis.

Osteoporosis sering tanpa gejala. Banyak pasien yang baru ketahuan mengidap osteoporosis begitu datang ke rumah sakit, tambah dia.

"Osteoporosis bisa disebut sebagai silent disease karena menyerang secara diam-diam tanpa ada tanda-tanda khusus. Apabila dibiarkan dikhawatir dapat menimbulkan masalah pada fisik seperti rasa nyeri, patah tulang hingga membutuhkan ostheoarthritis advance," katanya.

Pemeriksaan kepadatan tulang dengan menggunakan mesin "dual energy X-ray Absorptiometry" perlu dilakukan secara rutin.

Kepala Hip, Knee, and Geriatric Trauma Orthopaedic Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Dr dr Franky Hartono SpOT (K), mengatkan osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan pengurangan massa atau kepadatan tulang sehingga mengakibatkan tulang menjadi keropos.

"Tulang yang keropos tersebut meningkatkan risiko patah tulang dan juga biasanya tanpa rasa nyeri," kata Hartono.

Terapi osteoporosis melalui gaya hidup, olahraga yang sesuai, pemberian obat-obat antiosteoporosis, dan dilakukan tindakan invasif bila osteoporosis tersebut menyebabkan tulang patah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement