Jumat 23 Oct 2020 08:11 WIB

Krisis Rohingya Salah Satu Tragedi Modern Terburuk'

Negara-negara Muslim untuk menunjukkan solidaritas untuk Muslim Rohingya

Ibu dan anak Muslim Rohinggnya. (ilustrasi)
Foto: Anadolu Agancy
Ibu dan anak Muslim Rohinggnya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Wakil Menteri Luar Negeri Turki menyebut krisis Rohingya sebagai salah satu tragedi paling buruk di zaman modern.

Dalam pertemuan komite menteri tentang Rohingya yang diadakan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada Selasa, Yavuz Selim Kiran menggarisbawahi bahwa Misi Pencari Fakta Internasional Independen PBB tentang masalah tersebut telah mencatat insiden di Myanmar yang melibatkan niat genosida.

Kiran Dia meyakinkan bahwa Turki terus berupaya untuk menjaga kesadaran akan masalah ini di komunitas internasional dan Ankara tidak akan pernah meninggalkan Rohingya.

Dia menegaskan bahwa kelompok tersebut harus diizinkan untuk kembali ke tanah air mereka dan jika tidak memungkinkan, mereka setidaknya diizinkan untuk pergi ke tempat yang mereka inginkan.

Menekankan pentingnya peran OKI, dia mengatakan badan tersebut harus melanjutkan upaya internasionalnya untuk menjaga Myanmar di bawah tekanan untuk mencapai solusi damai bagi masalah tersebut.

Kiran menambahkan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah memberikan perhatian khusus pada masalah ini dan meminta anggota OKI untuk membela pencarian keadilan dan membuktikan kepada dunia bahwa Muslim Rohingya tidak sendirian.

Dia juga meminta negara-negara anggota meningkatkan kontribusi keuangan mereka untuk kasus genosida Rohingya, yang saat ini sedang disidangkan di Mahkamah Internasional (ICT), sembari menjaga hubungan dengan Myanmar untuk mempertahankan upaya bantuan bagi kelompok Muslim tersebut.

 

Komunitas paling teraniaya

Rohingya, yang disebut PBB sebagai kaum paling teraniaya, menderita sejumlah serangan sejak kekerasan komunal meletus pada 2012.

Amnesty International mengungkapkan bahwa lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh, sejak pasukan keamanan Myanmar melancarkan serangan ke komunitas Muslim minoritas pada 2017.

Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sekitar 24.000 Muslim Rohingya dibunuh oleh pasukan Myanmar sejak 25 Agustus 2017.

Dalam laporannya yang berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira", OIDA menyebutkan lebih dari 34.000 Rohingya dibakar hidup-hidup, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli.

Tak hanya itu, sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar, sedangkan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar dan 113.000 lainnya dirusak.

sumber : Anadolu Agancy
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement