Kamis 22 Oct 2020 16:40 WIB

Krakatau Steel: Tren Industri Baja Tunjukkan Pemulihan

Produksi baja mentah di Asia juga telah meningkat sejak terjadi penurunan pada Arpil.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Perajin menyelesaikan pembuatan pisau berbahan baku baja di rumah produksi Pisau Krakatau, Cibabat, Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jumat (2/10). Berbagai macam jenis pisau modern dan tradisional yang dijual dengan harga Rp500 ribu sampai Rp5 juta per pisau tergantung ukuran dan tingkat kesulitan tersebut telah menembus pasar ekspor di Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Kanada dan Malaysia serta dijual ke berbagai kota di Indonesia. Krakatau Steel mencatat industri baja global mulai menunjukkan pemulihan yang mana produksi baja mentah di Asia juga telah meningkat sejak terjadi penurunan pada Arpil.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Perajin menyelesaikan pembuatan pisau berbahan baku baja di rumah produksi Pisau Krakatau, Cibabat, Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jumat (2/10). Berbagai macam jenis pisau modern dan tradisional yang dijual dengan harga Rp500 ribu sampai Rp5 juta per pisau tergantung ukuran dan tingkat kesulitan tersebut telah menembus pasar ekspor di Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Kanada dan Malaysia serta dijual ke berbagai kota di Indonesia. Krakatau Steel mencatat industri baja global mulai menunjukkan pemulihan yang mana produksi baja mentah di Asia juga telah meningkat sejak terjadi penurunan pada Arpil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Silmy Karim mengatakan pandemi covid-19 menjadi tantangan bagi industri baja di seluruh dunia. Silmy menyebut industri konstruksi yang merupakan pengguna dari industri baja juga mengalami dampak serupa sehingga berdampak juga bagi industri baja. 

Silmy menyebut pandemi membuat Indonesia yang sedang melakukan percepatan pembangunan terpaksa harus menyesuaikan dengan kondisi. Silmy optimistis pemulihan ekonomi akan kembali membaik seiring adanya tatanan kehidupan normal baru. 

Baca Juga

"Kita terus berupaya beradaptasi agar kita tidak kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi yang sangat baik dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir," ujar Silmy saat Webinar bertajuk "Outlook Kebutuhan Baja Indonesia" di Jakarta, Kamis (22/10).

Berdasarkan data dari Iron and Steel Institute, kata Silmy, industri baja global mulai menunjukkan pemulihan yang mana produksi baja mentah di Asia juga telah meningkat sejak terjadi penurunan pada Arpil. Silmy menyampaikan produksi baja mentah pada Agustus dibanding April mengalami kenaikan 160 persen di India, 15 persen di Korea Selatan, dan 25 persen di Vietnam. 

Silmy mengatakan sektor konsumsi baja juga menunjukkan prospek positif pada kuartal II lantaran pemintaan minyak global meningkat 16 persen, meningkatnya aktivitas kendaraan seperti level Januari karena adanya relaksasi penerapan lockdown di sejumlah negara atau PSBB di Indonesia. 

"Hal ini mendorong pemulihan sektor otomotif seiring pabrik yang mulai kembali beroperasi dan volume penjualan kendaraan global yang perlahan memingkat," ucap Silmy. 

Silmy menyampaikan industri baja nasional juga ikut membaik seiring kembali dimulainya proyek pembangunan dan membaiknya kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal III. Kata Silmy, industri baja nasional saat ini berupaya mengisi kekosongan yang pada kuartal II sangat minim permintaan pasar baja di Indonesia.

"Kami melihat adanya tren cukup baik pada kuartal III dan kami berharap berlanjut ke kuartal IV dan 2021," ungkap Silmy. 

Silmy menilai industri baja nasional harus bekerja lebih keras dalam menjaga kondisi perusahaan di masa pandemi. Kata Silmy, industri baja nasional dapat memanfatkan sejumlah program pemerintah untuk mendukung pemulihan ekonomi dan juga akan berdampak bagi bagi perusahaan. 

"Sektor konstruksi yang menjadi prioritas pemerintah dalam mendorong peningkatan kebutuhan baja konstruksi dan infrastruktur sehingga bisa menjadi faktor penting dalam peningkatan utilisasi industri baja nasional," ungkap Silmy. 

Silmy meyakini stimulus dan program untuk pelaku usaha termasuk UMKM akan menjadi salah satu faktor dalam mendorong pemulihan ekonomi yang juga akan meningkatkan kebutuhan akan baja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement