Kamis 22 Oct 2020 15:18 WIB

Armenia Minta Republik Artsakh Turut Perangi Azerbaijan

PM Armenia menyerukan angkat senjata melawan Azerbaijan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pemandangan kendaraan hancur setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020.
Foto: AP/STR
Pemandangan kendaraan hancur setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan meminta Republik Artsakh (Karabakh Atas) bergabung dengan negaranya memerangi Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh. Dia memandang rakyat Artsakh adalah bagian dari Armenia.

"Tidak ada Armenia tanpa Artsakh. Karenanya, melindungi hak-hak rakyat Artsakh berarti melindungi hak-hak rakyat Armenia," kata Pashinyan melalui akun Twitter pribadinya pada Rabu (21/10), dikutip laman Yeni Safak.

Baca Juga

Dia pun mengisyaratkan seruan untuk berperang. "Hari ini berarti mengangkat senjata dan memperjuangkan hak-hak ini," ujar Pashinyan.

Artsakh adalah sebuah republik yang hingga kini belum mendapat pengakuan. Secara de jure, PBB mengakui wilayah Artsakh sebagai bagian dari Azerbaijan. Sementara secara de facto, wilayah dihuni dan dikendalikan etnis dan separatis Armenia.

Pekan lalu Pashinyan mengatakan negaranya telah menderita banyak korban dalam pertempuran dengan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh. Dia memberi penghormatan besar kepada mereka yang telah tewas. "Saya tunduk kepada semua korban kami, para martir, keluarga mereka, orang tua mereka dan terutama ibu mereka, dan saya menganggap kehilangan mereka adalah kehilangan saya, kehilangan pribadi saya, kehilangan keluarga saya," kata Pashinyan dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi pada 14 Oktober lalu, dikutip laman BBC.

Dia meminta segenap rakyatnya mengerti bahwa Armenia sedang menghadapi situasi sulit. "Ini bukan pernyataan putus asa atau kehilangan harapan. Saya memberikan informasi ini karena saya berkomitmen untuk mengatakan yang sebenarnya kepada rakyat kita," katanya.

Pashinyan mengungkapkan, meski telah menderita cukup banyak korban dan kehilangan peralatan, pasukan Armena masih dalam terkendali. Menurut dia, serangan yang dilancarkan para tentaranya juga menyebabkan banyaknya korban pada pihak musuh, yakni Azerbaijan. "Kita harus menang, kita harus hidup, kita harus membangun sejarah kita, dan kita membangun sejarah kita, epik baru kita, pertempuran heroik baru kita," ujarnya.

Sejak 27 September lalu, Armenia dan Azerbaijan terlibat konflik di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Lebih dari 600 orang dilaporkan telah tewas selama pertempuran berlangsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement