REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti telah menemukan kelenjar baru di tenggorokan. Ini disebut sebagai kelenjar ludah yang sebelumnya tidak pernah diketahui ada di bagian tubuh manusia.
Tim studi dari The Netherlands Cancer Institute menerbitkan temuannya dalam Radiotherapy and Oncology. Tim menyebut penemuan baru itu sebagai kelenjar tubarial.
Menurut para peneliti, ini adalah bagian yang merepresentasikan pasangan keempat kelenjar ludah utama dalam tubuh manusia. Kelenjar ditemukan secara tak sengaja ketika seorang ahli onkologi radiasi bernama Wouter Vogel dan ahli bedah mulut maksilofasial, Matthijs Valstar, menguji alat pemindaian baru, yakni PSMA PET-CT.
"Orang memiliki tiga set kelenjar ludah besar, tapi bukan di situ letaknya," ujar Vogel dalam sebuah pernyataan, dilansir Fox News, Kamis (22/10).
Researchers at the @NKI_nl have discovered a new location of the salivary glands. This is potentially great news for patients with head and neck tumors: radiation oncologists will now be able to circumvent this area to avoid potential complications ➡️ https://t.co/LP9QZsZVlm pic.twitter.com/nLpeAp6vVK
— Neth. Cancer Inst. (@NKI_nl) October 18, 2020
Vogel menjelaskan, satu-satunya kelenjar ludah atau mukosa yang diketahui ada di nasofaring berukuran kecil secara mikroskopis. Sekitar 1.000 di antaranya tersebar merata di seluruh mukosa.
"Bayangkan betapa terkejutnya kami saat menemukan kelenjar baru ini di tenggorokan," tuturnya.
Kelenjar tersebut memiliki panjang sekitar 1,5 inci dan memiliki saluran pembuangan yang terbuka ke arah tenggorokan. Peneliti menganggap fungsinya adalah untuk melembapkan dan melumasi tenggorokan hingga bagian belakang mulut.
Penemuan itu mungkin berimplikasi pada pasien kanker. Penulis penelitian menyarankan bahwa radiasi harus menghindari kelenjar untuk hasil dan kualitas hidup pasien yang lebih baik.
Mereka menjelaskan bahwa radioterapi dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan kelenjar ludah selama pengobatan kanker kepala dan leher serta menyebabkan mulut kering dan kondisi kesulitan menelan.
“Oleh karena itu, kelenjar ludah utama dianggap sebagai organ-at-risk (OAR) dan perlu diselamatkan bila memungkinkan,” jelas tim studi, menyarankan agar kelenjar tubarian ini ditambahkan dalam daftar.
Para peneliti mempelajari 100 pasien dengan kanker dan dua jasad. Mereka menemukan kelenjar baru itu ada di seluruh objek penelitian. Mereka juga memantau 723 pasien yang menjalani pengobatan radiasi dan menemukan hubungan antara radiasi terhadap kelenjar dan komplikasi setelahnya.
"Untuk sebagian besar pasien, paparan radiasi ke lokasi kelenjar ludah yang baru ditemukan ini harus dihindari seperti kita mencoba menyelamatkan tiga kelenjar ludah yang sudah lebih dulu diketahui," kata Vogel.
Menurut Vogel, langkah tim peneliti selanjutnya adalah mencari cara terbaik untuk menyelamatkan kelenjar baru tersebut. Jika bisa melakukannya, pasien mungkin mengalami lebih sedikit efek samping hingga kualitas hidup mereka secara keseluruhan setelah perawatan akan meningkat.