Rabu 21 Oct 2020 17:50 WIB

Konsep Desa Pintar Mahasiswa UGM Raih Juara Esai

Juri-juri merekomendasikan agar mereka membangun pusat data di tiap desa.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UGM.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Metamorf Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyalarta sukses menjadi juara pertama kompetisi penulisan esai nasional yang digelar Komadiksi Universitas Sebelas Maret Solo, 10 Oktober 2020 lalu. Mereka menulis konsep Desa Pintar atau DeSmart.

Tim yang terdiri dari Wisnu Arif Budiman dan Thariq Faros Manumono itu sukses sisihkan 39 tim berbagai perguruan tinggi. Konsep itu sebagai platform desa pintar meningkatkan konektivitas, informasi, dan keamanan masyarakat desa.

"Platform itu nantinya berbentuk aplikasi yang sederhana, bisa dimanfaatkan untuk tiga hal utama yaitu informasi, konektivitas, dan keamanan," kata Wisnu.

Mahasiswa Prodi Teknik Mesin itu menerangkan, menu informasi nantinya menyediakan info apa saja yang dibutuhkan masyarakat desa. Seperti pengurusan KTP dan KK, mengecek dokumen yang diperlukan, dan mengetahui kegiatan yang ada di desa.

Selain itu, ada fitur yang bisa digunakan jika terjadi keadaan darurat. Mulai dari kebakaran sampai ibu yang akan melahirkan, bisa langsung menekan tombol darurat yang nantinya akan memunculkan semacam peringatan dan pengingat.

Sayangnya, karena masih sebatas gagasan, mereka belum berpikir untuk merancang aplikasi tersebut. Terlebih, juri-juri merekomendasikan agar mereka membangun pusat data di tiap desa terlebih dulu untuk benar-benar menerapkan gagasan ini.

"Pihak juri merekomendasikan untuk dibangun data center dulu untuk warganya di tiap desa, dan pembangunan data center itu diperlukan dana sekitar Rp 100 juta per desa," ujarnya.

Atas prestasinya menjadi juara Komadiksi National Seminar and Essay Competition (Konnection), Tim Metamorf mendapat hadiah piala dan uang tunai Rp 1,5 juta. Wisnu mengaku tidak menyangka jika esai yang mereka tulis bisa menjadi juara.

Walau sangat senang mereka tetap tidak menyangka karena awalnya sudah pasrah lantaran merasa cara presentasi tim-tim lain lebih baik. Tapi, mereka merasa kalau sudah menguasai materi yang dilombakan. "Jadi, untuk sesi tanya jawab kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri," kata Wisnu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement